JENIS – JENIS WACANA BAHASA INDONESIA
Wacana Deskripsi, Eksposisi, Argumentasi, Persuasi, dan Narasi
Oleh:
Sulistriani (156047) / 2015 A
A. Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali
mendengar kata-kata wacana. Apa yang kita ucapakan mungkin saja semuanya adalah
wacana, asalkan dapat dipahami apa maksud ucapan itu. Istilah wacana itu
sendiri berasal dari kata sansekerta yang bermakna ucapan atau tuturan. Wacana
dikatakan satuan bahasa yang paling lengkap dan lebih tinggi dari klausa dan
kalimat. Wacana berkaitan erat dengan keterampilan berbahasa yang bersifat
produkrif, yaitu berbicara dan menulis. Kita sering melakukan kegiatan
berbahasa itu, dimana kegiatan brbahasa itu dilakukan secara lisan dan
tertulis. Oleh karena itu, pada makalah ini kami akan mencoba menjelaskan
mengenai jenis-jenis wacana. Baik itu wacana deskriptif, wacana eksposisi,
wacana argumentasi, wacana persuasi, dan wacana narasi.
Alasan dalam membuat essai makalah yang berjudul
“Jenis-jenis wacana Indonesia” yakni untuk mengetahui apa saja yang termasuk
dari jenis-jenis wacana yang ada di Indonesia. Untuk itu, Tujuan penulisan ini
yakni dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi si pembaca dalam mengkaji
sebuah wacana.
B.
Kajian Teori
1. Definisi
A.
Hakikat Wacana
Menurut Harimurti Kridalaksana,
1985: 184 (Rani, Abdul:2006), wacana
adalah satuan bahasa terlengkap dalam hierarki gramatikal, merupakan satuan
gramatikal atau satuan bahasa tertinggi dan terbesar. Sedangkan menurut
Khushartanti (2009:92) wacana adalah kesatuan makna (semantis) antarbagian di
dalam suatu bangun bahasa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa wacana adalah susunan
ujaran yang merupakan satuan bahasa terlengkap dan tertinggi, saling berkaitan
dengan koherensi dan kohesi berkesinambungan membentuk satu kesatuan untuk
tujuan berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan.
B. Jenis
– Jenis Wacana
Sebagai
satuan bahasa dalam komunikasi, wacana dapat diklasifikasikan berdasarkan
tujuan komunikasi.Setiap jenis wacana tersebut memiliki karakteristik
tersendiri. Namun, kenyatannya kelima jenis wacana itu tidak mungkin dipisahkan
secara murni. Misalnya, mungkin dalam wacana eksposisi terdapat bentuk
deskripsi. Berikut ini dijelaskan secara ringkas klasifikasi wacana.
a. Wacana
Deskripsi
Menurut Leech, 1974 (Khushartanti, 2009:94-95) wacana deskriptif adalah
wacana yang menggambarkan sesuatu dengan jelas dan terperinci. Wacana deskripsi
bertujuan melukiskan atau memberikan gambaran terhadap sesuatu dengan
sejelas-jelasnya sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar, membaca
atau merasakan hal yang dideskripsikan. Oleh sebab itu deskripsi yang baik
adalah deskripsi yang dilengkapi dengan hal-hal yang dapat merangsang panca
indra. Wacana deskriptif dicirikan oleh adanya detail suatu hal, seperti pada
profil. Contoh : seperti keadaan banjir, suasana dipasar dan sebagainya.
Contoh:
Dari balik tirai hujan sore hari,
pohon-pohon kelapa disebrang lembah itu seperti perawan mandi basah; segar,
penuh gairah, dan daya hidup. Pelepah-pelepah yang kuyup adalah rambut basah
yang tergerai dan jatuh di belahan punggung. Batang- batang yang ramping dan
meliuk- liuk oleh hembusan angin seperti tubuh semampai yang melenggang tenang
dan penuh pesona. Ketika angina tiba-tiba bertiup lebih kencang, pelepah-pelepah
itu serempak terjulur sejajar satu arah, seperti tanga-tangan penari yang
mengikuti irama hujan, seperti gadis-gadis tanggung berbanjar dan bergurau di
bawah curah pancuran.
Wacana deskripsi banyak
digunakan dalam katalog penjualan dan juga data-data kepolisian. Kalimat yang
digunakan dalam wacana deskripsi umumnya kalimat deklaratif dan kata-kata yang
digunakan bersifat objektif. Wacana deskriptif cenderung tidak mempunyai
penanda pergeseran waktu seperti dalam wacana narasi.
Jadi,
wacana deskripsi adalah wacana yang ditujukan pada penerima pesan tentang
gambaran sesuatu dengan
jelas dan terperinci. Wacana deskripsi menggunakan Kalimat
yang umumnya kalimat deklaratif dan kata-kata yang digunakan bersifat objektif
b. Wacana
Eksposisi
Menurut Leech, 1974 (Khushartanti, 2009:94-95) wacana eksposisi adalah
wacana yang berisi tentang penjelasan suatu hal agar pembaca dapat memahami
dengan baik dan jelas tentang suatu informasi. Wacana eksposisi dicirikan oleh
kuatnya paparan informasi, seperti pada karangan khas (feature).
Contoh:
Peningkatan kadar keasaman air hujan disebabkan oleh sisa pembakaran di
udara. Bahkan, bahan bakar fosil
(misalnya minyak bumi, gas alam, batu bara) apabila dibakar akan menghasilkan
sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (NOX) sebagai penyebab utama keasaman
itu. Penghasil SO2 dan NOX terbesar adalah pembangkit listrik dan industri yang
menggunakan batu bara sebahai bahan bakar. SO2 dan NOX itu juga dilepaskan oleh
kendaraan di jalan. Zat-zat yang berat akan jatuh ke bumi dan yang ringan mengambang di udara. Jika hujan, zat-zat itu,
yang mengambang di udara, tersapu bersih oleh hujan yang turun. Makin banyak
zat-zat itu makin asam air hujan yang menyapunya.
Wacana eksposisi menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan kata tanya bagaimana.
Oleh karena itu, wacana tersebut dapat digunakan untuk menerangkan proses atau
prosedur suatu aktivitas. Khusus untuk menerangkan proses dan prosedur, kalimat
– kalimat yang digunakan dapat berupa kalimat perintah disertai dengan kalimat
deklaratif.
Jadi,
wacana eksposisi adalah wacana
yang berisi tentang penjelasan suatu hal agar pembaca dapat memahami dengan
baik dan jelas tentang suatu informasi dan dapat digunakan untuk menerangkan
proses atau prosedur suatu aktivitas.
c. Wacana
Argumentasi
Menurut Leech, 1974 (Khushartanti, 2009:94-95) wacana eksposisi adalah
wacana yang bertujuan mempengaruhi pembaca agar dapat menerima ide, pendapat,
atau pernyataan yang dikemukakan penulisnya. Untuk memperkuat ide atau
pendapatnya, penulis wacana argumentasi menyertakan data-data pendukung.
Tujuannya, pembaca menjadi yakin atas kebenaran yang disampaikan penulis.
Wacana argumentasi dicirikan oleh kuatnya argumentasi karena didukung oleh
eksplorasi bukti dan prosedur metodologis, seperti pada tesis dan disertasi.
Wacana
dikategorikan argumentasi apabila bertolak dari adanya isu yang sifatnya
kontroversi antara penutur dan mitra tutur. Dalam kaitannya dengan isu
tersebut, penutur berusaha menjelaskan alasan0-alasan yang logis untuk
meyakinkan mitra tuturnya (pembaca atau pendengar). Biasanya, suatu topic
diangkat karena mempunyai nilai seperti indah, benar, baik, berguna, efektif
atau sebaliknya.
Pada dasarnya,
kekuatan argumen terletak pada kemampuan penutur dalam mengemukakan tiga
prinsip pokok, yaitu pernyataan, alasan dan pembenaran. Sedangkan elemen
pelengkapnya adalah pendukung, modal, dan sanggahan.
a) Elemen
pokok argumentasi
1.
Pernyataan
Pernyataan adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya
oleh penutur dan dikemukakan kepada mitra tutur agar dapat diterima dengan
alasana-alasan mendasar yang dapat
ditunjukkan. Pernyataan merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh penutur. Ada
tiga macam pernyataan, yaitu pernytaan tentang fakta, nilai, dan tentang
kebijakan.
2.
Alasan
Alasan adalah bukti-bukti yang bersifat khusus yang
diperlukan untuk mendukung pernyataan. Alasan atau bukti pendukung dapat berupa
data statistic, contoh, ilustrasi, penalaran, observasi eksperimental, dan
materi ilmu pengetahuan umum, maupun pengujian. Semua alasan itu digunakan
untuk mendukung pernyataan.
3.
Pembenaran
Pembenaran adalah pernyataan yang menunjukkan
kaidah-kaidah umum untuk mempertahankan pernyataan. Pembenaran sebagai jembatan
penghubung antara pernyataan dan alasan. Dengan alasan dan pernyataan,
pembenaran dapat dipertahankan dan diterima secara rasional.
b)
Elemen
pelengkap argumentasi
1. Dukungan
Dukungan adalah criteria yang digunakan
untuk membenarkan pernyataan yang dikemukakan dalam pembenaran. Dalam hal ini,
dukungan dapat berupa pengalaman yang diyakini, pernyataan para pakar, hasil
penelitian atau hasil wawancara.
2. Modal
Modal adalah kata atau frasa yang
menunjukkan derajat kepastian atau kualitas suatu pernyataan. Setiap argument
selalu memiliki modal yang menunjukkan kualitas suatu pernyataan. Kualitas
sebuah pernyataan dapat diketahui dari penanda linguistic yang mengikutinya.
Penanda linguistic disebut juga modal. Modal dibedakan menjadi dua yaitu modal
sebagai penanda kepatian dan penanda kemungkinan. Adapun kata, frase, atau
keterangan yang digunakan sebagai penanda kepastian antara lain perlu, pasti
dan tentu saja. Adapun penanda kemungkinan antara lain agaknya,
kiranya, rupanya, kemungkinannya, sejauh bukti yang ada, sangat mungkin,
mungkin sekali, dan masuk akal.
3. Sanggahan atau penolakan
Sanggahan atau penolakan (rebuttal)
adalah lingkungan atau situasi di luar kebiasaan yang dapat mengurangi atau
menguatkan pernyataan. Jika suatu kondisi yang dapat melemahkan suatu
pernyataan dapat dikontrol dengan menghadirkan elemen sanggahan atau penolakan
maka kedudukan argument akan semakin kuat. Tentunya sanggahan tersebut harus
benar-benar kuat pula. Penggunaan elemen sanggahan juga berarti membaut
pernyataan mejadi lebih spesifik. Piranti kohesi yang akan digunakan untuk
menandai elemen sanggahan antara lain kecuali, jika, maka.
Contoh:
(Per) Kemampuan berpikir kritis mahasiswa S1 dapat
ditingkatkan, antara lain dengan memberikan latihan secara intensif dalam
menyusun argumen. (Al) Makalah mahasiswa S1 menunjukkan kelemahan penalaran.
Makalah-makalah mahasiswa S1 mengandung argumen-argumen yang rancu. (Pem)
Berpikir kritis ditandai oleh kemampuan menggunakan Bahasa secara jelas dan
tepat. Berpikir kritis ini tampak pada skripsi dan makalah mahasiswa S1 yang
ditulis dengan penalaran baik.
Keterangan:
Per =
pernyataan
Al =
alasan
Pem =
pembenaran
Pembenaran pada wacana diatas
berkenaan dengan wujud berpikir kritis pada keruntutan penalaran dalam karya
tulis mahasiswa.
Jadi,
wacana argumentasi merupakan wacana
eksposisi adalah wacana yang bertujuan untuk mempengaruhi pembaca agar dapat
menerima sebuah ide, pendapat, atau pernyataan yang dikemukakan penulisnya.
d.
Wacana Persuasi
Menurut Leech, 1974 (Khushartanti, 2009:95) wacana persuasi adalah
wacana yang berisi imbauan atau ajakan kepada orang lain untuk melakukan
sesuatu seperti yang diharapkan oleh penulisnya. Oleh karena itu biasanya
disertai penjelasan dan fakta-fakta sehingga meyakinkan dan dapat mempengaruhi
pembaca. Wacana persuasi dicirikan oleh menonjolnya rangsangan dan bujukan dari
penutur atau penulis agar mitra tutur atau pembaca mengikuti apa yang
diharapkan penutur atau penulis seperti pada iklan.
Contoh:
Lelaki :“Gratis! Bu, ada yang gratisan lagi! Rinso
satu kilo sekarang berhadiah,hadiahnya itu…”
Wanita :
“O, apa sih?” (dengan penuh rasa ingin tahu)
Lelaki : “He, betulkan… nggak sabra kan! Hadiahnya
itu satu sabun Livebuoyseratus gram seharga tiga ratus rupiah. Siip kan, Bu?
Jadi ingat, setiap beli Rinso satu kilogram bertanda khusus, jangan lupa minta
hadiahnya satu sabun Livebuoy! Oke, cepet lho, sebelum habis!”
Pada wacana
diatas, disajikan ide – ide yang dapat membuat para konsumen tetap setia pada
barang yang diiklankan. Harapan itu dapat dicapai dengan cara mengubah
perasaan, sikap, dan citra pikiran konsumen pada barang tersebut.
Jadi,
wacana persuasi adalah wacana yang bertujuan
mempengaruhi mitra tutur untuk melakukan tindakan sesuai yang diharapkan penuturnya.
e. Wacana
Narasi
Menurut Leech, 1974 (Khushartanti, 2009:95) wacana narasi adalah wacana
yang salah satu jenis wacana yang menceritakan / mengisahkan sesuatu peristiwa
secara berurutan berdasarkan urutan kejadiannya. Dengan demikian wacana jenis ini
tidak bermaksud untuk mempengaruhi seseorang melainkan hanya menceritakan
sesuatu kejadian yang telah disaksikan, dialamin dan didengar oleh pengarang
(penulisnya). Narasi dapat bersifat fakta atau fiksi (cerita rekaan). Narasi
yang bersifat fakta, antara lain biografi dan autobiografi, sedangkan yang
berupa fiksi diantaranya cerpen dan novel. Wacana narasi dicirikan oleh adanya
alur, peristiwa, dan tokoh.
Wacana narasi pada
umumnya ditunjukkan untuk menggerakkan aspek emosi. Narasi, penerima dapat membentuk
cerita atau imajinasi. Aspek intelektual tidak banyak digunakan dalam memahami
wacana narasi.
Contoh:
Sebulan sejak
kedatangan pasukan tentara tak terdengar peristiwa perampokan di wilayah
Dawuan. Meskipun tentara tetap siaga dan berpatroli di malam hari, tetapi
setidaknya aku merasakan suasana yang tenang diantara mereka. Hubunganku dengan
Sersan Slamet lebih dapat dikatakan sebagai hubungan pribadi daripada sebagai
hubungan antara seorang kopral dan seorang sersan. Dia banyak bertanya tentang
diriku, asal usulku bahkan sekolahku. Dia mengajariku menulis dan membaca
setelah mengetahui aku tak pernah bersekolah. Berbagai kisah diceritakan
padaku. Tetapi yang kusenangi adalah kisah seorang tentara pelajar yang karena
keberaniannya dapat membunuh tiga serdadu musuh dalam suatu pertempuran.
Contoh wacana narasi diatas mengandung unsur waktu, tokoh, dan
peristiwa. Unsur – unsur tersebut penting dalam pembentukan cerita.
Jadi,
wacana narasi adalah wacana yang mengisahkan
sesuatu peristiwa secara berurutan berdasarkan urutan kejadiannya.
Contoh
Wacana Teks Eksposisi
Saat ini, kenakalan remaja tidak
hanya terbatas pada masalah tawuran saja. Kenakalan remaja ini kini menjadi
lebih meluas pada hal-hal seperti narkoba dan seks bebas. Saat ini kasus aborsi
akibat dari seks bebas di kalangan remaja bertambah setiap tahunnya sekitar 30%
hingga 40%. Kondisi seperti ini sungguh menyedihkan mengingat kualitas
pendidikan di negara ini masih begitu-begitu saja.
Solusi yang dirasa paling tepat
adalah dengan memberikan pendidikan agama serta menciptakan kondisi lingkungan
keluarga yang kondusif. Dengan begitu, remaja bisa terperhatikan dan terjaga
dari kenakalan remaja.
Sumber:
Tarigan, Guntur. 2009. Pengajaran Wacana. Bandung
: Angkasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar