Selasa, 10 Juli 2018

Jenis-jenis wacana Bahasa Indonesia (Wacana deskripsi, eksposisi, argumentasi, persuasi, dan narasi) 9


JENIS – JENIS WACANA BAHASA INDONESIA
Wacana Deskripsi, Eksposisi, Argumentasi, Persuasi, dan Narasi
Oleh: Sulistriani (156047) / 2015 A 
A. Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali mendengar kata-kata wacana. Apa yang kita ucapakan mungkin saja semuanya adalah wacana, asalkan dapat dipahami apa maksud ucapan itu. Istilah wacana itu sendiri berasal dari kata sansekerta yang bermakna ucapan atau tuturan. Wacana dikatakan satuan bahasa yang paling lengkap dan lebih tinggi dari klausa dan kalimat. Wacana berkaitan erat dengan keterampilan berbahasa yang bersifat produkrif, yaitu berbicara dan menulis. Kita sering melakukan kegiatan berbahasa itu, dimana kegiatan brbahasa itu dilakukan secara lisan dan tertulis. Oleh karena itu, pada makalah ini kami akan mencoba menjelaskan mengenai jenis-jenis wacana. Baik itu wacana deskriptif, wacana eksposisi, wacana argumentasi, wacana persuasi, dan wacana narasi.
Alasan dalam membuat essai makalah yang berjudul “Jenis-jenis wacana Indonesia” yakni untuk mengetahui apa saja yang termasuk dari jenis-jenis wacana yang ada di Indonesia. Untuk itu, Tujuan penulisan ini yakni dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi si pembaca dalam mengkaji sebuah wacana. 
     B. Kajian Teori
 1. Definisi
A.    Hakikat Wacana
Menurut Harimurti Kridalaksana, 1985: 184 (Rani, Abdul:2006), wacana adalah satuan bahasa terlengkap dalam hierarki gramatikal, merupakan satuan gramatikal atau satuan bahasa tertinggi dan terbesar. Sedangkan menurut Khushartanti (2009:92) wacana adalah kesatuan makna (semantis) antarbagian di dalam suatu bangun bahasa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa wacana adalah susunan ujaran yang merupakan satuan bahasa terlengkap dan tertinggi, saling berkaitan dengan koherensi dan kohesi berkesinambungan membentuk satu kesatuan untuk tujuan berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan.
B.     Jenis – Jenis Wacana
Sebagai satuan bahasa dalam komunikasi, wacana dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan komunikasi.Setiap jenis wacana tersebut memiliki karakteristik tersendiri. Namun, kenyatannya kelima jenis wacana itu tidak mungkin dipisahkan secara murni. Misalnya, mungkin dalam wacana eksposisi terdapat bentuk deskripsi. Berikut ini dijelaskan secara ringkas klasifikasi wacana.
a.   Wacana Deskripsi
Menurut Leech, 1974 (Khushartanti, 2009:94-95) wacana deskriptif adalah wacana yang menggambarkan sesuatu dengan jelas dan terperinci. Wacana deskripsi bertujuan melukiskan atau memberikan gambaran terhadap sesuatu dengan sejelas-jelasnya sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar, membaca atau merasakan hal yang dideskripsikan. Oleh sebab itu deskripsi yang baik adalah deskripsi yang dilengkapi dengan hal-hal yang dapat merangsang panca indra. Wacana deskriptif dicirikan oleh adanya detail suatu hal, seperti pada profil. Contoh : seperti keadaan banjir, suasana dipasar dan sebagainya.
Contoh:
Dari balik tirai hujan  sore hari, pohon-pohon kelapa disebrang lembah itu seperti perawan mandi basah; segar, penuh gairah, dan daya hidup. Pelepah-pelepah yang kuyup adalah rambut basah yang tergerai dan jatuh di belahan punggung. Batang- batang yang ramping dan meliuk- liuk oleh hembusan angin seperti tubuh semampai yang melenggang tenang dan penuh pesona. Ketika angina tiba-tiba bertiup lebih kencang, pelepah-pelepah itu serempak terjulur sejajar satu arah, seperti tanga-tangan penari yang mengikuti irama hujan, seperti gadis-gadis tanggung berbanjar dan bergurau di bawah curah pancuran.
Wacana deskripsi banyak digunakan dalam katalog penjualan dan juga data-data kepolisian. Kalimat yang digunakan dalam wacana deskripsi umumnya kalimat deklaratif dan kata-kata yang digunakan bersifat objektif. Wacana deskriptif cenderung tidak mempunyai penanda pergeseran waktu seperti dalam wacana narasi.
Jadi, wacana deskripsi adalah wacana yang ditujukan pada penerima pesan tentang gambaran sesuatu dengan jelas dan terperinci. Wacana deskripsi menggunakan Kalimat yang umumnya kalimat deklaratif dan kata-kata yang digunakan bersifat objektif
b.   Wacana Eksposisi
Menurut Leech, 1974 (Khushartanti, 2009:94-95) wacana eksposisi adalah wacana yang berisi tentang penjelasan suatu hal agar pembaca dapat memahami dengan baik dan jelas tentang suatu informasi. Wacana eksposisi dicirikan oleh kuatnya paparan informasi, seperti pada karangan khas (feature).
Contoh:
Peningkatan kadar keasaman air hujan disebabkan oleh sisa pembakaran di udara.  Bahkan, bahan bakar fosil (misalnya minyak bumi, gas alam, batu bara) apabila dibakar akan menghasilkan sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (NOX) sebagai penyebab utama keasaman itu. Penghasil SO2 dan NOX terbesar adalah pembangkit listrik dan industri yang menggunakan batu bara sebahai bahan bakar. SO2 dan NOX itu juga dilepaskan oleh kendaraan di jalan. Zat-zat yang berat akan jatuh ke bumi dan yang ringan  mengambang di udara. Jika hujan, zat-zat itu, yang mengambang di udara, tersapu bersih oleh hujan yang turun. Makin banyak zat-zat itu makin asam air hujan yang menyapunya.
Wacana eksposisi menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan kata tanya bagaimana. Oleh karena itu, wacana tersebut dapat digunakan untuk menerangkan proses atau prosedur suatu aktivitas. Khusus untuk menerangkan proses dan prosedur, kalimat – kalimat yang digunakan dapat berupa kalimat perintah disertai dengan kalimat deklaratif.
Jadi, wacana eksposisi adalah wacana yang berisi tentang penjelasan suatu hal agar pembaca dapat memahami dengan baik dan jelas tentang suatu informasi dan dapat digunakan untuk menerangkan proses atau prosedur suatu aktivitas.
c.    Wacana Argumentasi
Menurut Leech, 1974 (Khushartanti, 2009:94-95) wacana eksposisi adalah wacana yang bertujuan mempengaruhi pembaca agar dapat menerima ide, pendapat, atau pernyataan yang dikemukakan penulisnya. Untuk memperkuat ide atau pendapatnya, penulis wacana argumentasi menyertakan data-data pendukung. Tujuannya, pembaca menjadi yakin atas kebenaran yang disampaikan penulis. Wacana argumentasi dicirikan oleh kuatnya argumentasi karena didukung oleh eksplorasi bukti dan prosedur metodologis, seperti pada tesis dan disertasi.
Wacana dikategorikan argumentasi apabila bertolak dari adanya isu yang sifatnya kontroversi antara penutur dan mitra tutur. Dalam kaitannya dengan isu tersebut, penutur berusaha menjelaskan alasan0-alasan yang logis untuk meyakinkan mitra tuturnya (pembaca atau pendengar). Biasanya, suatu topic diangkat karena mempunyai nilai seperti indah, benar, baik, berguna, efektif atau sebaliknya.
Pada dasarnya, kekuatan argumen terletak pada kemampuan penutur dalam mengemukakan tiga prinsip pokok, yaitu pernyataan, alasan dan pembenaran. Sedangkan elemen pelengkapnya adalah pendukung, modal, dan sanggahan.
a)      Elemen pokok argumentasi
1.      Pernyataan
Pernyataan adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh penutur dan dikemukakan kepada mitra tutur agar dapat diterima dengan alasana-alasan mendasar  yang dapat ditunjukkan. Pernyataan merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh penutur. Ada tiga macam pernyataan, yaitu pernytaan tentang fakta, nilai, dan tentang kebijakan.
2.      Alasan
Alasan adalah bukti-bukti yang bersifat khusus yang diperlukan untuk mendukung pernyataan. Alasan atau bukti pendukung dapat berupa data statistic, contoh, ilustrasi, penalaran, observasi eksperimental, dan materi ilmu pengetahuan umum, maupun pengujian. Semua alasan itu digunakan untuk mendukung pernyataan.
3.      Pembenaran
Pembenaran adalah pernyataan yang menunjukkan kaidah-kaidah umum untuk mempertahankan pernyataan. Pembenaran sebagai jembatan penghubung antara pernyataan dan alasan. Dengan alasan dan pernyataan, pembenaran dapat dipertahankan dan diterima secara rasional.




b)         Elemen pelengkap argumentasi
1.      Dukungan
Dukungan adalah criteria yang digunakan untuk membenarkan pernyataan yang dikemukakan dalam pembenaran. Dalam hal ini, dukungan dapat berupa pengalaman yang diyakini, pernyataan para pakar, hasil penelitian atau hasil wawancara.
2.      Modal
Modal adalah kata atau frasa yang menunjukkan derajat kepastian atau kualitas suatu pernyataan. Setiap argument selalu memiliki modal yang menunjukkan kualitas suatu pernyataan. Kualitas sebuah pernyataan dapat diketahui dari penanda linguistic yang mengikutinya. Penanda linguistic disebut juga modal. Modal dibedakan menjadi dua yaitu modal sebagai penanda kepatian dan penanda kemungkinan. Adapun kata, frase, atau keterangan yang digunakan sebagai penanda kepastian antara lain perlu, pasti dan tentu saja. Adapun penanda kemungkinan antara lain agaknya, kiranya, rupanya, kemungkinannya, sejauh bukti yang ada, sangat mungkin, mungkin sekali, dan masuk akal.
3.      Sanggahan atau penolakan
Sanggahan atau penolakan (rebuttal) adalah lingkungan atau situasi di luar kebiasaan yang dapat mengurangi atau menguatkan pernyataan. Jika suatu kondisi yang dapat melemahkan suatu pernyataan dapat dikontrol dengan menghadirkan elemen sanggahan atau penolakan maka kedudukan argument akan semakin kuat. Tentunya sanggahan tersebut harus benar-benar kuat pula. Penggunaan elemen sanggahan juga berarti membaut pernyataan mejadi lebih spesifik. Piranti kohesi yang akan digunakan untuk menandai elemen sanggahan antara lain kecuali, jika, maka.
Contoh:
(Per) Kemampuan berpikir kritis mahasiswa S1 dapat ditingkatkan, antara lain dengan memberikan latihan secara intensif dalam menyusun argumen. (Al) Makalah mahasiswa S1 menunjukkan kelemahan penalaran. Makalah-makalah mahasiswa S1 mengandung argumen-argumen yang rancu. (Pem) Berpikir kritis ditandai oleh kemampuan menggunakan Bahasa secara jelas dan tepat. Berpikir kritis ini tampak pada skripsi dan makalah mahasiswa S1 yang ditulis dengan penalaran baik.
Keterangan:
Per       = pernyataan
Al        = alasan
Pem     = pembenaran
Pembenaran pada wacana diatas berkenaan dengan wujud berpikir kritis pada keruntutan penalaran dalam karya tulis mahasiswa.
Jadi, wacana argumentasi merupakan wacana eksposisi adalah wacana yang bertujuan untuk mempengaruhi pembaca agar dapat menerima sebuah ide, pendapat, atau pernyataan yang dikemukakan penulisnya.
d.   Wacana Persuasi
Menurut Leech, 1974 (Khushartanti, 2009:95) wacana persuasi adalah wacana yang berisi imbauan atau ajakan kepada orang lain untuk melakukan sesuatu seperti yang diharapkan oleh penulisnya. Oleh karena itu biasanya disertai penjelasan dan fakta-fakta sehingga meyakinkan dan dapat mempengaruhi pembaca. Wacana persuasi dicirikan oleh menonjolnya rangsangan dan bujukan dari penutur atau penulis agar mitra tutur atau pembaca mengikuti apa yang diharapkan penutur atau penulis seperti pada iklan.
Contoh:
Lelaki    :“Gratis! Bu, ada yang gratisan lagi! Rinso satu kilo sekarang berhadiah,hadiahnya itu…”
Wanita : “O, apa sih?” (dengan penuh rasa ingin tahu)          
Lelaki  : “He, betulkan… nggak sabra kan! Hadiahnya itu satu sabun Livebuoyseratus gram seharga tiga ratus rupiah. Siip kan, Bu? Jadi ingat, setiap beli Rinso satu kilogram bertanda khusus, jangan lupa minta hadiahnya satu sabun Livebuoy! Oke, cepet lho, sebelum habis!”
Pada wacana diatas, disajikan ide – ide yang dapat membuat para konsumen tetap setia pada barang yang diiklankan. Harapan itu dapat dicapai dengan cara mengubah perasaan, sikap, dan citra pikiran konsumen pada barang tersebut.
Jadi, wacana persuasi adalah wacana yang bertujuan mempengaruhi mitra tutur untuk melakukan tindakan sesuai yang diharapkan penuturnya.
e.       Wacana Narasi
Menurut Leech, 1974 (Khushartanti, 2009:95) wacana narasi adalah wacana yang salah satu jenis wacana yang menceritakan / mengisahkan sesuatu peristiwa secara berurutan berdasarkan urutan kejadiannya. Dengan demikian wacana jenis ini tidak bermaksud untuk mempengaruhi seseorang melainkan hanya menceritakan sesuatu kejadian yang telah disaksikan, dialamin dan didengar oleh pengarang (penulisnya). Narasi dapat bersifat fakta atau fiksi (cerita rekaan). Narasi yang bersifat fakta, antara lain biografi dan autobiografi, sedangkan yang berupa fiksi diantaranya cerpen dan novel. Wacana narasi dicirikan oleh adanya alur, peristiwa, dan tokoh.
Wacana narasi pada umumnya ditunjukkan untuk menggerakkan aspek emosi. Narasi, penerima dapat membentuk cerita atau imajinasi. Aspek intelektual tidak banyak digunakan dalam memahami wacana narasi.
Contoh:
Sebulan sejak kedatangan pasukan tentara tak terdengar peristiwa perampokan di wilayah Dawuan. Meskipun tentara tetap siaga dan berpatroli di malam hari, tetapi setidaknya aku merasakan suasana yang tenang diantara mereka. Hubunganku dengan Sersan Slamet lebih dapat dikatakan sebagai hubungan pribadi daripada sebagai hubungan antara seorang kopral dan seorang sersan. Dia banyak bertanya tentang diriku, asal usulku bahkan sekolahku. Dia mengajariku menulis dan membaca setelah mengetahui aku tak pernah bersekolah. Berbagai kisah diceritakan padaku. Tetapi yang kusenangi adalah kisah seorang tentara pelajar yang karena keberaniannya dapat membunuh tiga serdadu musuh dalam suatu pertempuran.
Contoh wacana narasi diatas mengandung unsur waktu, tokoh, dan peristiwa. Unsur – unsur tersebut penting dalam pembentukan cerita.
Jadi, wacana narasi adalah wacana yang mengisahkan sesuatu peristiwa secara berurutan berdasarkan urutan kejadiannya.
Contoh Wacana Teks Eksposisi
Saat ini, kenakalan remaja tidak hanya terbatas pada masalah tawuran saja. Kenakalan remaja ini kini menjadi lebih meluas pada hal-hal seperti narkoba dan seks bebas. Saat ini kasus aborsi akibat dari seks bebas di kalangan remaja bertambah setiap tahunnya sekitar 30% hingga 40%. Kondisi seperti ini sungguh menyedihkan mengingat kualitas pendidikan di negara ini masih begitu-begitu saja.
Solusi yang dirasa paling tepat adalah dengan memberikan pendidikan agama serta menciptakan kondisi lingkungan keluarga yang kondusif. Dengan begitu, remaja bisa terperhatikan dan terjaga dari kenakalan remaja.
            Sumber:
Tarigan, Guntur. 2009. Pengajaran Wacana. Bandung : Angkasa.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar