Selasa, 10 Juli 2018

Analisis wacana berdasarkan pendapat Van Djik 10


Analisis wacana berdasarkan pendapat Van Djik
Oleh: Sulistriani (156047) / 2015 A 
A. Pendahuluan
Banyak beberapa model analisis wacana yang diperkenalkan dan dikembangkan oleh beberapa ahli, salah satunya analisis wacana model Van Dijk, model Van Dijk adalah model yang paling sering dipakai. Model ini sering disebut sebagai “kognis sosial”. Menurut Van Dijk, penelitian wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Untuk menggambarkan modelnya tersebut, Van Dijk membuat banyak sekali studi analisis pemberitaan media. Titik perhatian van Dijk terutama pada studi mengenai resialisme. Dari berbagai kasus, dengan ribuan berita, van Dijk terutama menganalisis bagaimana wacana media turut memperkuat rasialisme yang ada dalam masyarakat. Contohnya dapat dilihat dari percakapan sehari-hari, wawancara kerja, rapat pengurus, debat di parlemen, propaganda politik, periklanan, artikel ilmiah, editorial, berita, foto, film, dan sebagainya.
Alasan dalam membuat essai makalah yang berjudul “Analisis Wacana Berdasarkan Pendapat Van Djik” yakni model analisis wacana yang dimiliki beberapa ahli tentunya memiliki perbdaaan. Untuk itu, Tujuan penulisan ini yakni dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi si pembaca dalam megetahui model-model analisis wacana dari para ahli.
B. Kajian Teori
 1. Definisi
Van Dijk memanfaatkan dan mengambil analisis linguistik tentang kosakata, kalimat, proposisi, dan paragraf untuk menjelaskan dan memaknai suatu teks. Kognisi sosial merupakan dimensi untuk menjelaskan bagaimana suatu teks diproduksi oleh individu/kelompok pembentuk teks. Cara memandang atau melihat suatu realitas soaial itu yang melahirkan teks tertentu. Sedangkan analisis sosial melihat bagaimana teks itu dihubungkan lebih jauh dengan struktur sosial dan pengetahuan yang berkembang dalam masyarakat atas suatu wacana.

A.     Teks
            Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur yang masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya kedalam tiga tingkatan. Pertama, struktur makro. Ini merupakan makna global/umum dari suatu teks yang adapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, superstruktur,. Ini merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh. Ketiga, struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar. Menurut van Dijk meskipun terdiri atas beberapa elemen, semua elemen tersebut merupakan satu kesatuan, saling berhubungan dan mendukung satu sama lainnya.
            Pemakaian kata, kalimat, proposisi, retorika tertentu oleh media dipahami van Dijk sebagai bagian strategi wartawan. Pemakaian kata-kata tertentu, kalimat, gaya tertentui bukan semata-mata dipandang sebagai cara berkomunikasi, tetapi dipandang sebgai politik berkomunikasi. Struktur wacana adalah cara yang efektif untuk melihat proses retorika dan persuasi yang dijalankan ketika seseorang menyampaikan pesan. Kata-kata tertentu mungkin dipilih untuk mempertegas pilihan dan sikap, membentuk kesadaran politik dan sebagainya. Berikut ini diuraikan satu persatu elemen wacana van Dijk tersebut.
1.      Tematik
            Elemen tematik menunjukan pada gambaran umum dari suatu teks. Bisa juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks. Topik menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh watawan dalam pemberitaannya. Topik menunjukkan konsep dominan, sentral, dan paling penting dari isi suatu berita. Gagasan penting van Dijk, wacana umumnya dibentuk dalam tata aturan umum. Teks tidak hanya didefinisikan mencerminkan suatu pandangan tertentu atau topik tertentu, tetapi suatu pandangan umum yang koheren. Tema umum dari berita tersebut adalah demonstrasi mahasiswa cenderung anarkis dan sudah menggunakan cara-cara kekerasan. Topik ini, kalau kita menggunakan kerangka van Dijk dalam teks akan didukung oleh beberapa subtopik, misalnya : mahasiswa menggunakan dan mempersiapkan senjata, provokasi kepada polisi, penolakan tawaran damai dan demontrasi yang diwarnai bentrokan. Masing-masing subtopik ini kalau diperhatikan mendukung, memperkuat, bahkan membentuk topik utama berupa anarkisme demonstrasi mahasiswa.
            Gagasan van Dijk ini didasarkan pada pandangan ketika wartawan meliput sesuatu peristiwa dan memndang suatu masalah didasarkan pada suatu mental/pikiran tertentu. Kognisi atau mental ini secara jelas dapt dilihat dari topik yang dimunculkan dalam berita. Elemen lain ini dipandang sebagai bagian dari strategi yang dipakai oleh wartawan untuk mendukung topik yang ingin dia tekankan pada pemberitaan. Sebuah demonstrasi, misalnya bisa menghasilkan pandangan yang berbeda. Gagasan van Dijk semacam ini membantu peneliti untuk mengamati dan memusatkan perhatian pada bagaimana teks dibentuk oleh wartawan.
2.      Skematik
            Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk satu kesatuan arti. Wacana percakapan sehari-hari, misalnya mempunyai skema salam perkenalan, isi pembicaraan, dan salam penutup. Wacana pengetahuan seperti dalam jurnal atau tulisan ilmiah uga mempunyai skematik, ditunjukkan dengan skema seperti abstraksi, latar belakang masalah, tujuan, hipotesis, isi, dan kesimpulan.menurut van Dijk, arti penting dari skematik adalah strategi wartawan untuk mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu. Skematik memberikan tekanan mana yang didahulukan dan bagian mana yang bisa kemudian sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi penting.
3.      Latar
            Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik (arti) yang ingin ditampilkan. Seorang wartawan ketika menulis berita biasanya mengemukan latar belakang atas peristiwa yang ditulis. Latar yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan khalayak hendak dibawa. Misalnya, ada berita mengenai penting tidaknya gerakan mahasiswa. Bagi yang setuju gerakan mahasiswa, latar yang dipakai adalah keberhasilan berbagai gerakan mahasiswa dalam melakukan perubahan. Sebaliknya, yang tidak setuju gerakan mahasiswa akan memakai latar berbagai kerusuhan selama terjadinya demonstrasi mahasiswa. Latar itu dipakai untuk menerngkan bahwa selama ini gerakan mahasiswa banyak merugikan dari pada menguntungkan. Oleh karena itu, latar membantu menyelidiki bagaiman seseorang memberi pemaknaan atas suatu peristiwa.
4.      Detil
            Elemen wacana detil berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang. Komunikator akan menampilkan secaraberlebihan informasi yang menguntungkan dirinya atau citra yang baik. Sebaliknya, ia akan menampilkan informasi dalam jumlah sedikit kalau hal itu merugikan kedudukannya. Elemen detil merupakan strategi bagaimana wartawan mengekspresikan sikapnya dengan cara yang implisit. Sikap atau wacana yang dikembangkan oleh wartawan kadangkala tidak perlu disampaikan secara terbuka, tetapi dari detil bagian mana yang dikembangkan dan mana yang diberitakan dengan detil yang besar, akan menggambarkan bagaimana wacana yang dikembangkan oleh media. Dalam mempelajari detil, yang harus kita teliti adalah dari keseluruhan dimensi peristiwa, bagian mana yang diuraikan secara panjang lebar oleh wartawan, dan bagian mana yang diuraikan dengan detil yang sedikit.
5.      Maksud
            Elemen wacana maksud, hampir sama dengan elemen detil. Dalam detil, informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan dengan detil yang panjan. Elemen maksud melihat informasi yangmenguntungkan komunikator akan diuraikan secar eksplisit dan jelas. Sebaliknya, informasi yang merugikan akan diuraikan secara tersamar,nimplisit, dan tersembunyi. Tujuan akhirnya adalah publik hanya disajikan informasi yang menuntungkan komunikator.                 

6.      Koherensi
                        Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau antar kalimat dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. Sehingga, fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketikaa seseorang menghubungkannya. Koherensi merupakan elemen wacana untuk melihat bagaimana seseorang secara strategis menggunakan wacana untuk menjelaskan suatu fakta atau peristiw. Apakah peristiwa itu dipandang saling terpisah, berhubungan, atau malah sebab akibat. Pilihan-pilihan mana yang diambil ditentukan oleh sejauh mana kepentingan komunikator terhadap peristiwa tesebut.
Contoh koherensi;
1. Kata hubung “akibat”
Demonstrasi mahasiswa marak mengakibatkan nilai tukar rupiah melemah. Kemarin, nilai tukar rupiah mencapai 8.500 per USS. Ini nilai tukar rupiah terendah dalam sebulan terakhir.
2. Kata hubung “dan”
Demonstrasi mahasiswa marak dan nilai tukar rupiah melemah. Di mana-mana mahasiswa turun ke jalan. Kemarin, nilai tukar rupiah melemah ke posisi 8.500 per USS. Ini nilai tukar rupiah terendah dalam sebulan terakhir.
            7. Koherensi Kondisional
                        Koherensi kondisional di antaranya ditandai dengan pemakaian anak kalimat sebagai penjelas. Disini ada dua kalimat, dimana kalimat kedua adalah penjelas atau keterangan dari proposisi pertama, yang dihubungkan dengan kata hubung (konjungsi) seperti “yang”, atau “di mana”. Kalimat kedua fungsinya dalam kalimat semata hanya penjelas (anak kalimat), sehingga ada atau tidak ada kalimat itu menjadi cermin kepentingan komunikator karena ia dapat memberi keterangan yag baik/buruk terhadap suatu pernyataan. Contoh:
                   1. Tanpa koherensi
                        Tim PSSI akhirnya tidak jadi dikirim ke Asian Games.
                   2. Dengan koherensi
Tim PSSI, yang akhir-akhir ini selalu kalah dalam pertandingan internasional, akhirnya tidak jadi dikirim ke Asian Games.
            8. Koherensi Pembeda
                        Koherensi pembeda berhubunga denan pernyataan bagaimana dua peristiwa atau fakta itu hendak dibedakan. Dua buah peristiwa dapat dibuat seolah-olah saling bertentangan dan bersebrangan dengan menggunakan koherensi ini. Misalnya mengenai kebebasan pers di era Gus Dur. Di era Gus Dur kebebasan pers dijamin, tetapi terjadi peristiwa yang mencoreng berupa penduduk banser terhadap harian jawa pos hingga menyebabkan koan tersebut tidak bisa terbit. Ini satu peristiwa/fakta. Ada fakta lain dimasa Habibie, kebebasan pers juga diamin, dan di masa Habibie ini tidak terjadi peristiwa penduduk oleh kelompok masyarakat. Dua buah pristiwa tersebut terpisah, oleh waktu dan tidak berhubungan, peristiwa yang satu tidak menyebabkan bahkan atau menyulut peristiwa lain. Bagaimana dua peristiwa yang terpisah ini dipandang oleh wartawan? Dua peristiwa itu bisa dipandang terpisah, itu bisa dipandang terpisah, jadi tidak dihubungkan. Akan tetapi, dua buah peristiwa tersebut bisa dibuat saling berhubungan.
            9.   Pengingkaran
                        Elemen wacana pengingkaran adalah bentuk praktik wacana yang menggambarkan bagaimana wartawan menyembunyikan apa yang ingin diekspresikan secara implisit. Dalam arti yang umum, pengingkaran menunjukkan seolah wartawan menyetuji sesuatu, padahal ia tidak setuju dengan memberkan argumentasi atau fakta yang menyangkal persetujuannya tersebut. Dengan kata lain pengingakaran merupakan bentuk srategi wacana di mana wartawan tidak secara tegas dan ekplisit menyampaikan pendapat dan gagasannya kepada khalayak. Ketidaktegsan itu bisa berupa seakan wartawan menerima secara buruk (saya tidak membenci Cina, tetapi...) atau seakan menerima secara baik (memang ada orang cina yang baik, tetapi...). dalam kalimat tersebut diungkapkan secara ekplisit.
                        Contoh; kalimat pertama dan kedua tidak terdapat pengingkaran, kalimat secara jelas mengatakan komunime memang sudah mati dan dalam kalimat lain komunisme dapat hidup kembali. Dalam kalimat ketiga, pengingkaran terjadi. Wartawan seakan mengatakan bahwa komunisme sudah mati, tetapi maksud sebetulnya yang ingin disampaikan kepada khalayak adalah kenyataan meskipun sudah mati, komunisme dapat hidup kembali sewaktu-waktu.
            10. Bentuk Kalimat
                        Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berfikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Dimana ia menanyakan apakah A yang menjelaskan B, ataukah B yang menjelaskan A. logika kausalitas ini kalau diterjemahkan ke dalam bahasa menjadi susunan subjek (yang menerangkan) dan predikat (yang diterangkan). Bentuk kalimat ini bukan hanya persoalan teknis kebenaran tata bahasa, tetapi menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat. Dalam kalimat yang berstruktur aktif, seseorang menjadi subjek dari pernyataannya, sedangkan dalam kalimat pasif seseorang menjadi objek dari pernyataannya.
                        Kasus penembakan mahasiswa oleh polisi dapat disusun ke dalam bentuk kalimat aktif, bisa juga pasif. Kalimat “polisi membunuh mahasiswa” menempatkan polisi sebagai subjek. Dengan penempatan posisi awal frase atau kalimat, memberi glorifikasi atas kesalahan polisi. Sebaliknya, kalimat “mahasiswa dibunuh polisi”, polisi ditempatkan secara tersembunyi. Makna yang muncul dari sususnan berbeda, karena posisi sentral dalam kalimat kedua ini adalah mahasiswa. Struktur kalimat bisa dibuat aktif, bisa pasif, tetapi umumnya pokok yang dipandang penting selalu ditempatan di awal kalimat.
            11. Kata Ganti
                        Elemen kata ganti merupakan elemen untuk memanipuasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukan dimana posisi seorang dapat menggunkan kata ganti “saya” atau “kami” yang menggambarkan bahwa sikap tersebut merupakan sikap resmi komunikator semata-mata. Pemakaian kata ganti jamak seperti “kita” atau “kami” mempunyai implikasi menumbuhkan solidaritas, anliansi, pada diri sendiri. Pemakaian kata ganti “kita” menciptakan komunikasi antara wartawan dengan pembacanya. Sedangkan kata ganti “kami” dan “mereka” justru untuk menciptakan jarak antara pihak “kami” dengan pihak “mereka”. Untuk yang sependapat denga wartawan dipakai kata ganti “kami” sedangkan dengan pihak yang tidak sependapat dipakai kata ganti “mereka”.
            12. Leksikon
                        Pada dasarnya elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang teredia. Suatu fakta umumnya terdiri aas beberapa kata yang merujuk pada fakta. Kata “meninggal” misalnya mempunyai kata lain: mati, tewas, gugur, meninggal, terbunuh, menghembuskan nafas terakhir, dan sebagainua. Diantara beberapa kata itu demikian pilihan kata yang dipakai tidak semata hanya karena kebetulan, tetapi juga secara ideolgis mennukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta/realitas.
            13. Praanggapan
                        Elemen praanggapan merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Kalau latar berarti upaya mendukung pendaat dengan jalan memberi latar belakang, maka praanggapan adalah upaya mendukung pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya kebenarannya. Praanggapan hadir dengan pernyataan yang dipandang terpercaya sehingga tidak perlu diperanyakan.
            14. Grafis
                        Elemen ini merupakan bagian untuk memerikasa apa yang ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Dalam wacana berita, grafis ini biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Pemakaian huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran lebih besar. termasuk si dalamnya adalah pemakaian caption, raster, grafik, gambar, atau tabel untuk mendukung arti penting suatu pesan. Bagian-bagian yang ditonjolkan ini menenkankan kepada khlayak pentingnya bagian tersebut. Bagia yang dicetak berbeda adalah bagian yang dipandang penting oleh komunikator, di mana ia menginginkan khalayak menaruh perhatian lebih pada bagian tersebut.
            15. Metafora
                        Dalam suatu wacana, seorang wartawan hanya menyampaikan pesan pokok lewat teks, tetapi juga kiaan, ungkapan, metafora yang dimaksudkan sebagai ornamen atau bumbu dari suatu berita. Akan, tetapi pemakaian metafora tertentu bisa jadi menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna suatu teks. Metafora tertentu dipakai oleh wartawan secara strategis sebagai landasan berfikir, alasan pembenar atas pendapat atau gagasan tertentu kepada publik. Wartawan menggunakan kepercayaan masyarakat, ungkapan sehari-hari, peribahasa, pepatah, petuah leluhur, kata-kata kuno, bahkan mungkin ungapan yang diambil dari ayat-ayat suci yang semuanya dipakai untuk memperkuat pesan utama.
                   Jadi, menurut Van Dijk suatu teks terdiri atas beberapa struktur yang masing-masing bagian saling mendukung dan membaginya menjadi beberapa tahapan yakni makro, superstruktur, dan mikro. 
B.     Kognisi Sosial
            Dalam pandangan van Dijk, analisis wacana tidak dibatasi hanya pada struktur teks, karena struktur wacan itu sendiri menunjukkan atau menandakan sejumlah makna, pendapat, dan ideologi. Untuk membokar bagaimana makna tersembunyi dari teks, kita membutuhkan suatu analisis kognisi dan konteks sosial. Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya proses kesadaran mental dari pemakai bahasa. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penelitian atasrepresentasi kognisi dan strategi wartawan dalam memproduksi suatu berita. Ada beberapa macam skema/model yang dapat diuraikan dibawah ini :
a.    Skema Person (Person Schemas). Skema ini menggambarkan bagaimana seseorang menggambarkan dan memandang orang lain. Bagaimana seorang wartawan Islam, misalnya memandang dan memahami orang Kristen yang kemungkinan besar akan berpengaruh terhadap berita yang akan dia tulis.
b.    Skema Diri (Self Schemas). Skema ini berhubungan dengan bagaimana diri sendiri dipandang, dipahami, dan digambarkan oleh seseorang.
c.    Skema Peran (Role Schemas). Skema ini berhubungan dengan bagaimana seseorang memandang dan menggambarkan dalam masyarakat. misalnya bagaimana seharusnya posisi laki-laki dan wanita dalam masyarakat dan sebagainya.
d.   Skema Peristiwa (Event Schemas). Skema ini yang paling banyak dipakai, karena dihampiri tiap hari kita selalu melihat, mendengar peristiwa yang lalu-lalang. Dan setiap peristiwa selalu kita tafsirkan dan maknai dalam skema tertentu.
            Model sangat berkaitan dengan representasi sosial, yakni bagaimana pandangan, keoercayaan, dan prasangka yang berkembang dalam masyarakat. Model di sini adalah sesuatu yang sentral dalam kerangka van Dijk, karena penafsiran atas suatu peristiwa didasarkan pada model ini. Model adalah sesuatu yang personal dan subjektif. Ia menampilkan bagaimana individu melihat dan menafsirkan peristiwa atau persoalan.
            Salah satu elemen yang sangat penting dalam proses kognisi sosial selain model adalah memori. Lewat memori kita bisa berpikir tentang sesuatu yang mempunyai pengetahuan tentang sesuatu pula. Lewat memori, misalnya kita bisa mengerti suatu pesan dan mengkategorikan suatu pesan. Dalam setiap memori terkandung di dalamnya pemasukan dan menyimpanan pesan-pesan, baik saat ini maupun dahulu yang terus menerus digunakan oleh seseorang dalam memandang suatu realitas.
1.      Kognisi sosial dan produksi berita
                        Dalam pandangan van Dijk, kognisi sosial terutama dihubungkan dengan proses produksi berita. Wacana berita ini tidak hanya dipahami dalam pengertian sejumlah struktur tetapi juga bagian dari proses komunikasi yang kompleks. Menurut van Dijk titik kunci dalam memahami produksi berita adalah dengan meneliti proses terbentuknya teks. Proses terbentuknya teks ini hanya bermakna bagaimana suatu teks itu dibentuk.
                        Menurut van Dijk, analisis kognisi sosial yang memusatkan perhatian pada struktur mental, proses pemknaan dan mental wartawan membantu memahami fenomena tersebut sebagai bagian dari proses produksi berita. Wartawan menggunakan model untuk memahami peristiwa yang tengah diliputnya. Model itu memasukkan opini, sikap, perspektif, dan informasi lainnya. Ada beberapa strategi besar yang dilakukan.
                        Pertama, seleksi. Seleksi adalah strategi yang kompleks yang menunjukkan bagaimana sumber, peristiwa, informasi diseleksi oleh wartawan untuk ditampilkan ke dalam berita. Keputusan untuk menggunakan satu sumber berita, memilih sumber berita yang satu dibandingkan dengan yang lainnya, lebih memilih wawancara dibandingkan konferensi pers adalah strategi wacana yang dapat digunakan.
                        Kedua, reproduksi. Kalau strategi seleksi berhubungan dengan pemilihan informasi apa yang dipilih untuk ditampilkan, reproduksi berhubungan dengan apakah informasi dikopi, dihandakan, atau tidak dipakai sama sekali oleh wartawan. Ini terutama berhubungan dengan suber berita dari kantor berita.
                        Ketiga, penyimpulan. Strategi besar dalam memproduksi berita yang berhubungan dengan mental kognisi wartawan adalah penyimpulan informasi. Penyimpulan ini berhubungan dengan bagaimana realitas yang kompleks dipahami dan ditampilkan dengan ringkas. Oleh karena itu, dalam proses penyimpulan ini paling tidak hal yang saling kait; (1) penghilangan dengan merangkum informasi ada beberapa informasi yang tidak relevan dihilangkan, (2) penghilangan adalah generalisasi, dimana informasi yang mirip atau agak mirip dijadikan sebagai informasi yang berlaku untuk umum, (3) kontruksi yang berhubungan dengan kombinasi beberapa fakta atau informasi sehingga membentuk pengertia secara keseluruhan.
                        Keempat, transformasi lokal. Kalau menyimpulkan berhubungan dengan pertanyaan bagaimana peristiwa yang kompleks disederhanakan dengan tampilan tertentu, transformasi lokal berhubungan dengan bagaimana peristiwa akan ditampilkan. Misalnya dengan penambahan (addition).
                   Jadi, kognisi sosial van Dijk yakni analisis wacana tidak dibatasi hanya pada struktur teks, karena struktur wacan itu sendiri menunjukkan atau menandakan sejumlah makna, pendapat, dan ideologi
C.    Analisis Sosial (Societal Analysis)
Dimensi ketiga dari analisis van Dijk adalah analisis sosial. Wacana adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat. Misalnya kita ingin melakukan penelitian mengenai bagaimana wacana pemberitaan media ata isu komunisme. Dalam kerangka model van Dijk, kita perlu melakukan penelitian bagaimana wacana komunisme diproduksi dalam masyarakat. Penelitian dilakukan dengan menganalisis bagaimana negara melakukan produksi dan reproduksi atas wacana komunisme, lewat buku-buku sekolah, pidato politik, dan sebagainya. Kalau kita melakukan penelitian atas bagaimana wacana pemberitaan media atas kekerasan terhadap wanita, perlu ada penelitian bagaimana wacana mengenai gender yang berkembang dalam masyarakat. Titik penting dari analisis ini adalah untuk menunjukkan bagaimana makna yang dihayati bersama, kekuasaan sosial diproduksi lewat praktik diskursus dan legitimasi. Menurut van Dijk, dalam analisis mengenai masyarakat ini, ada dua poin yang penting : kekuasaan (power), dan akses (acces). Berikut ini akan dijelaskan masing-masing faktor tersebut.

1.      Praktik Kekuasaan
Van Dijk mendefinisikan kekuasaan tersebut sebagai kepemilikan yang dimiliki oleh suatu kelompok (atau anggotanya), satu kelompok untuk mengontrol kelompok (atau anggota) dari kelompok lain. Kekuasaan ini umumnya didasarkan pada kepemilikan atas sumber-sumber yang bernilai, seperti uang, status, dan pengetahuan. Selain berupa kontrol yang bersifat langsung dan fisik, kekuasaan itu dipahami oleh van Dijk, juga berbentuk persuasif: tindakan seorang untuk secara tidak langsung mengontrol dengan jalan mempengaruhi kondisi mental, seperti kepercayaan, sikap, dan pengetahuan.
Analisis wacana memberikan perhatian yang besar pada apa yang disebut sebagai dominasi. Rasisme adalah bentuk dominasi dari kulit putih atas ras minoritas lain, umumnya di luar Eropa. Dominasi direproduksi oleh pemberian akses yang khusus pada satu kelompok dibandingkan kelompok lain (diskriminasi). Ia juga memberi perhatian atas proses produksi lewat legitimasi melalui bentuk kontrol pikiran. Secara umum kita juga dapat menganalisis bagaimana proses produksi itu secara umum dipakai untuk membentuk kesadaran dan konsensus
2.            Akses Mempengaruhi Wacana
Analisis wacana van Dijk, memberi perhatian yang besar pada akses, bagaiamana akses di antara masing-masing kelompok dalam masyarakat. Kelompok elit mempunyai akses yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang tidak berkuasa. Oleh karena itu, mereka yang lebih berkuasa mempunyai kesempatan lebih besar untuk mempunyai kases pada media, dan kesempatan lebih besar untuk mempengaruhi kesadaran khalayak. Misalnya analisis pemberitaan media atas sengketa tanah antara petani dengan pengusaha perkebunan/PTPN. Antara petani dengan PTPN mempunyai akses yang berbeda dengan media, sehingga pihak PTPN lebih mempunyai kesempatan agar pandangannya lebih diterima dibandingkan dengan petani. Pihak PTPN dapat melakukan press release, melakukan penjelasan pada media, mempengaruhi pendapat umum, hal yang tidak dapat dilakukan oleh petani. Akses yang berbeda dengan media, pembuat keputusan, birokrasi ini membuat pandangan petani menjadi terpinggirkan.
Akses yang lebih besar bukan hanya memberi kesempatan untuk mengontrol kesadaran khalayak lebih besar, tetapi juga menentukan topik apa dan isi wacana apa yang dapat disebarkan dan didiskusikan kepada khalayak. Misalnya dalam wacana mengenai komunisme, negara mempunyai akses lebih besar dalam menjangkau khalayak dibandingkan dengan kelompok yang lain. Lewat berbagai institusinya seperti sekolah dan birokrasi, hukum negara dapat menentukan diskursus mengenai komunisme. Khalayak yang tidak mempunyai akses bukan hanya akan menjadi konsumen dari diskursus yang telah ditentukan, tetapi juga berperan dalam memperbesar lewat reproduksi, apa yang mereka terima dari kelompok yang lebih tinggi tersebut disebarkan lewat pembicaraan dengan keluarga, teman sebaya, dan sebagainya.
Jadi, Analisis Sosial (Societal Analysis) van Dijk adalah memberi perhatian yang besar pada akses, bagaiamana akses di antara masing-masing kelompok dalam masyarakat

D.    Kerangka Analisis
            Baik struktur teks, kognisi sosial, maupun konteks sosial adalah bagian yang integral dalam kerangka van Dijk. Kalau suatu teks mempunyai ideologi tertentu atau kecenderungan pemberitaan tertentu, maka itu berarti menandakan dua hal. Pertama, teks tersebut merefleksikan struktur model mental wartawan ketika memandang suatu peristiwa atau persoalan. Kalau suatu teks bias gender, bisa jadi wartawan yang menghasilkan teks tersebut mempunyai pandangan yang bias gender. Kedua, teks tersebut merefleksikan pandangan sosial secara umum, skema kognisi masyarakat atas suatu persoalan.
            Skema penelitian dan metode yang bisa dilakukan dalam kerangka van Dijk sebagai berikut :
STRUKTUR
METODE
Teks
Menganalisis bagaimana strategi wacana yang dipakai untuk menggambarkan seseorang atau peristiwa tertentu.
Bagaimana strategi tekstual yang dipakai untuk menyingkirkan atau memarjinalkan suatu kelompok, gagasan, atau peristiwa tertentu.
Critical linguistics
Kognisi Sosial
Menganalisis bagaimana kognisi wartawan dalam memahami seseorang atau peristiwa tertentu yang akan ditulis.
Wawancara mendalam
Analisis Sosial
Menganalisis bagaimana wacana yang berkembang dalam masyarakat, proses produksi dan reproduksi seseorang atau peristiwa digambarkan.

Studi pustaka, penelusuran sejarah
Jadi, kerangka analisis Baik struktur teks, kognisi sosial, maupun konteks sosial adalah bagian yang integral. strukturnya terdiri dari teks, kognisi sosial, dan analisis sosial. sedangkan metodenya menggunakan metode critical linguistic, Wawancara mendalam, dan Studi pustaka, penelusuran sejarah. 
Contoh wacana
Pentingnya Pendidikan Karakter di Sekolah
Pendidikan adalah suatu proses internalisasi budaya kepada seseorang atau kelompok masyarakat untuk menjadikan orang atau kelompok tersebut menjadi lebih beradab. Selama ini terjadi salah kaprah mengenai apa itu pendidikan, pendidikan hanya diartikan sebagai proses transfer ilmu saja antara guru dan siswa, mementingkan hasil sehingga melupakan nilai-nilai sosial dan moral. Itulah sebabnya mengapa dewasa ini banyak sekali terjadi degredasi moral di kalangan masyarakat, baik yang tua maupun yang muda. Itulah mengapa seharusnya sistem pendidikan tidak hanya memberikan ilmu atau pengetahuan-pengetahuan tentang dunia saja, melainkan jug memberikan pendidikan karakter kepada masyarakat, khususnya siswa-siswi di sekolah.
Bagi sebagian orang mungkin masih belum mengetahui apa itu pendidikan karakter. Berdasarkan pengertiannya karakter adalah serangkaian sikap, perilaku, motivasi, dan keterampilan yang baik, maka pendidikan karakter adalah proseses menanamkan nilai-nilai, sikap, perilaku, motivasi, dan keterampilan kepada anak didik untuk membentuk individu yang berkarakter. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang berusaha berbuat tindakan-tindakan terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dirinya, sesamanya, lingkungan, bangsa dan negara, serta dunia dengan mengoptimalkan potensi yang ada di dalam dirinya. Pendidikan karakter ini sangat penting untuk diselipkan di dalam sistem pendidikan pendidikan di sekolah-sekolah yang sasarannya adalah para siswa-siswi sekolah.
Pendidikan karakter di sekolah bertujuan untuk menanamankan nilai-nilai karakter kepada seluruh warga sekolah yang meliputi semua komponen pendidikan seperti pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai yang diajarkan tersebut. Di samping itu, pendidikan karakter di sekolah juga dimaknai sebagai suatu bentuk perilaku warga sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan harus sesuai dengan karakter yang akan dibangun.


Sumber:
Badara, Aris. 2012. Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapan Pada Wacana           Media. Jakarta: Prenada Media Group

Eriyanto. 2011. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: PT.            LKiS Printing Cemerlang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar