Analisis wacana berdasarkan pendapat Van Djik
Oleh: Sulistriani (156047) / 2015
A
A. Pendahuluan
Banyak beberapa
model analisis wacana yang diperkenalkan dan dikembangkan oleh beberapa ahli,
salah satunya analisis wacana model Van Dijk, model Van Dijk adalah model yang
paling sering dipakai. Model ini sering disebut sebagai “kognis sosial”.
Menurut Van Dijk, penelitian wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis
atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus
juga diamati. Untuk menggambarkan modelnya tersebut, Van Dijk membuat banyak
sekali studi analisis pemberitaan media. Titik perhatian van Dijk terutama pada
studi mengenai resialisme. Dari berbagai kasus, dengan ribuan berita, van Dijk
terutama menganalisis bagaimana wacana media turut memperkuat rasialisme yang
ada dalam masyarakat. Contohnya dapat dilihat dari percakapan sehari-hari,
wawancara kerja, rapat pengurus, debat di parlemen, propaganda politik,
periklanan, artikel ilmiah, editorial, berita, foto, film, dan sebagainya.
Alasan
dalam membuat essai makalah yang berjudul “Analisis Wacana Berdasarkan Pendapat
Van Djik” yakni model analisis wacana yang dimiliki beberapa ahli tentunya
memiliki perbdaaan. Untuk itu, Tujuan penulisan ini yakni dapat dijadikan
sebagai bahan referensi bagi si pembaca dalam megetahui model-model analisis
wacana dari para ahli.
B. Kajian Teori
1. Definisi
Van Dijk
memanfaatkan dan mengambil analisis linguistik tentang kosakata, kalimat,
proposisi, dan paragraf untuk menjelaskan dan memaknai suatu teks. Kognisi
sosial merupakan dimensi untuk menjelaskan bagaimana suatu teks diproduksi oleh
individu/kelompok pembentuk teks. Cara memandang atau melihat suatu realitas
soaial itu yang melahirkan teks tertentu. Sedangkan analisis sosial melihat
bagaimana teks itu dihubungkan lebih jauh dengan struktur sosial dan
pengetahuan yang berkembang dalam masyarakat atas suatu wacana.
A. Teks
Van Dijk melihat suatu
teks terdiri atas beberapa struktur yang masing-masing bagian saling mendukung.
Ia membaginya kedalam tiga tingkatan. Pertama, struktur makro. Ini merupakan
makna global/umum dari suatu teks yang adapat diamati dengan melihat topik atau
tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, superstruktur,. Ini merupakan
struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana
bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh. Ketiga, struktur mikro
adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni
kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar. Menurut van Dijk
meskipun terdiri atas beberapa elemen, semua elemen tersebut merupakan satu
kesatuan, saling berhubungan dan mendukung satu sama lainnya.
Pemakaian kata, kalimat,
proposisi, retorika tertentu oleh media dipahami van Dijk sebagai bagian
strategi wartawan. Pemakaian kata-kata tertentu, kalimat, gaya tertentui bukan
semata-mata dipandang sebagai cara berkomunikasi, tetapi dipandang sebgai
politik berkomunikasi. Struktur wacana adalah cara yang efektif untuk melihat
proses retorika dan persuasi yang dijalankan ketika seseorang menyampaikan
pesan. Kata-kata tertentu mungkin dipilih untuk mempertegas pilihan dan sikap,
membentuk kesadaran politik dan sebagainya. Berikut ini diuraikan satu persatu
elemen wacana van Dijk tersebut.
1.
Tematik
Elemen tematik
menunjukan pada gambaran umum dari suatu teks. Bisa juga disebut sebagai
gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks. Topik menggambarkan
apa yang ingin diungkapkan oleh watawan dalam pemberitaannya. Topik menunjukkan
konsep dominan, sentral, dan paling penting dari isi suatu berita. Gagasan
penting van Dijk, wacana umumnya dibentuk dalam tata aturan umum. Teks tidak
hanya didefinisikan mencerminkan suatu pandangan tertentu atau topik tertentu,
tetapi suatu pandangan umum yang koheren. Tema umum dari berita tersebut adalah
demonstrasi mahasiswa cenderung anarkis dan sudah menggunakan cara-cara
kekerasan. Topik ini, kalau kita menggunakan kerangka van Dijk dalam teks akan
didukung oleh beberapa subtopik, misalnya : mahasiswa menggunakan dan
mempersiapkan senjata, provokasi kepada polisi, penolakan tawaran damai dan
demontrasi yang diwarnai bentrokan. Masing-masing subtopik ini kalau
diperhatikan mendukung, memperkuat, bahkan membentuk topik utama berupa
anarkisme demonstrasi mahasiswa.
Gagasan van Dijk ini
didasarkan pada pandangan ketika wartawan meliput sesuatu peristiwa dan
memndang suatu masalah didasarkan pada suatu mental/pikiran tertentu. Kognisi
atau mental ini secara jelas dapt dilihat dari topik yang dimunculkan dalam
berita. Elemen lain ini dipandang sebagai bagian dari strategi yang dipakai
oleh wartawan untuk mendukung topik yang ingin dia tekankan pada pemberitaan.
Sebuah demonstrasi, misalnya bisa menghasilkan pandangan yang berbeda. Gagasan
van Dijk semacam ini membantu peneliti untuk mengamati dan memusatkan perhatian
pada bagaimana teks dibentuk oleh wartawan.
2.
Skematik
Teks atau wacana umumnya
mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut
menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga
membentuk satu kesatuan arti. Wacana percakapan sehari-hari, misalnya mempunyai
skema salam perkenalan, isi pembicaraan, dan salam penutup. Wacana pengetahuan
seperti dalam jurnal atau tulisan ilmiah uga mempunyai skematik, ditunjukkan
dengan skema seperti abstraksi, latar belakang masalah, tujuan, hipotesis, isi,
dan kesimpulan.menurut van Dijk, arti penting dari skematik adalah strategi
wartawan untuk mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan dengan menyusun
bagian-bagian dengan urutan tertentu. Skematik memberikan tekanan mana yang
didahulukan dan bagian mana yang bisa kemudian sebagai strategi untuk
menyembunyikan informasi penting.
3.
Latar
Latar merupakan bagian
berita yang dapat mempengaruhi semantik (arti) yang ingin ditampilkan. Seorang
wartawan ketika menulis berita biasanya mengemukan latar belakang atas
peristiwa yang ditulis. Latar yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan
khalayak hendak dibawa. Misalnya, ada berita mengenai penting tidaknya gerakan
mahasiswa. Bagi yang setuju gerakan mahasiswa, latar yang dipakai adalah
keberhasilan berbagai gerakan mahasiswa dalam melakukan perubahan. Sebaliknya,
yang tidak setuju gerakan mahasiswa akan memakai latar berbagai kerusuhan
selama terjadinya demonstrasi mahasiswa. Latar itu dipakai untuk menerngkan
bahwa selama ini gerakan mahasiswa banyak merugikan dari pada menguntungkan.
Oleh karena itu, latar membantu menyelidiki bagaiman seseorang memberi
pemaknaan atas suatu peristiwa.
4.
Detil
Elemen wacana detil
berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang. Komunikator
akan menampilkan secaraberlebihan informasi yang menguntungkan dirinya atau
citra yang baik. Sebaliknya, ia akan menampilkan informasi dalam jumlah sedikit
kalau hal itu merugikan kedudukannya. Elemen detil merupakan strategi bagaimana
wartawan mengekspresikan sikapnya dengan cara yang implisit. Sikap atau wacana
yang dikembangkan oleh wartawan kadangkala tidak perlu disampaikan secara
terbuka, tetapi dari detil bagian mana yang dikembangkan dan mana yang
diberitakan dengan detil yang besar, akan menggambarkan bagaimana wacana yang
dikembangkan oleh media. Dalam mempelajari detil, yang harus kita teliti adalah
dari keseluruhan dimensi peristiwa, bagian mana yang diuraikan secara panjang
lebar oleh wartawan, dan bagian mana yang diuraikan dengan detil yang sedikit.
5.
Maksud
Elemen wacana maksud,
hampir sama dengan elemen detil. Dalam detil, informasi yang menguntungkan
komunikator akan diuraikan dengan detil yang panjan. Elemen maksud melihat
informasi yangmenguntungkan komunikator akan diuraikan secar eksplisit dan
jelas. Sebaliknya, informasi yang merugikan akan diuraikan secara
tersamar,nimplisit, dan tersembunyi. Tujuan akhirnya adalah publik hanya
disajikan informasi yang menuntungkan komunikator.
6.
Koherensi
Koherensi adalah pertalian atau
jalinan antarkata, atau antar kalimat dalam teks. Dua buah kalimat yang
menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren.
Sehingga, fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan
ketikaa seseorang menghubungkannya. Koherensi merupakan elemen wacana untuk
melihat bagaimana seseorang secara strategis menggunakan wacana untuk
menjelaskan suatu fakta atau peristiw. Apakah peristiwa itu dipandang saling
terpisah, berhubungan, atau malah sebab akibat. Pilihan-pilihan mana yang
diambil ditentukan oleh sejauh mana kepentingan komunikator terhadap peristiwa
tesebut.
Contoh
koherensi;
1. Kata
hubung “akibat”
Demonstrasi mahasiswa marak mengakibatkan
nilai tukar rupiah melemah. Kemarin, nilai tukar rupiah mencapai 8.500 per USS.
Ini nilai tukar rupiah terendah dalam sebulan terakhir.
2. Kata hubung “dan”
Demonstrasi mahasiswa marak dan
nilai tukar rupiah melemah. Di mana-mana mahasiswa turun ke jalan. Kemarin,
nilai tukar rupiah melemah ke posisi 8.500 per USS. Ini nilai tukar rupiah
terendah dalam sebulan terakhir.
7.
Koherensi Kondisional
Koherensi kondisional di antaranya ditandai
dengan pemakaian anak kalimat sebagai penjelas. Disini ada dua kalimat, dimana
kalimat kedua adalah penjelas atau keterangan dari proposisi pertama, yang
dihubungkan dengan kata hubung (konjungsi) seperti “yang”, atau “di mana”.
Kalimat kedua fungsinya dalam kalimat semata hanya penjelas (anak kalimat),
sehingga ada atau tidak ada kalimat itu menjadi cermin kepentingan komunikator
karena ia dapat memberi keterangan yag baik/buruk terhadap suatu pernyataan. Contoh:
1. Tanpa
koherensi
Tim PSSI akhirnya
tidak jadi dikirim ke Asian Games.
2. Dengan
koherensi
Tim PSSI, yang akhir-akhir ini selalu kalah dalam pertandingan
internasional, akhirnya tidak jadi dikirim ke Asian Games.
8.
Koherensi Pembeda
Koherensi pembeda berhubunga denan
pernyataan bagaimana dua peristiwa atau fakta itu hendak dibedakan. Dua buah
peristiwa dapat dibuat seolah-olah saling bertentangan dan bersebrangan dengan
menggunakan koherensi ini. Misalnya mengenai kebebasan pers di era Gus Dur. Di
era Gus Dur kebebasan pers dijamin, tetapi terjadi peristiwa yang mencoreng
berupa penduduk banser terhadap harian jawa pos hingga menyebabkan koan
tersebut tidak bisa terbit. Ini satu peristiwa/fakta. Ada fakta lain dimasa
Habibie, kebebasan pers juga diamin, dan di masa Habibie ini tidak terjadi
peristiwa penduduk oleh kelompok masyarakat. Dua buah pristiwa tersebut
terpisah, oleh waktu dan tidak berhubungan, peristiwa yang satu tidak
menyebabkan bahkan atau menyulut peristiwa lain. Bagaimana dua peristiwa yang
terpisah ini dipandang oleh wartawan? Dua peristiwa itu bisa dipandang
terpisah, itu bisa dipandang terpisah, jadi tidak dihubungkan. Akan tetapi, dua
buah peristiwa tersebut bisa dibuat saling berhubungan.
9. Pengingkaran
Elemen wacana pengingkaran adalah
bentuk praktik wacana yang menggambarkan bagaimana wartawan menyembunyikan apa
yang ingin diekspresikan secara implisit. Dalam arti yang umum, pengingkaran
menunjukkan seolah wartawan menyetuji sesuatu, padahal ia tidak setuju dengan
memberkan argumentasi atau fakta yang menyangkal persetujuannya tersebut.
Dengan kata lain pengingakaran merupakan bentuk srategi wacana di mana wartawan
tidak secara tegas dan ekplisit menyampaikan pendapat dan gagasannya kepada
khalayak. Ketidaktegsan itu bisa berupa seakan wartawan menerima secara buruk
(saya tidak membenci Cina, tetapi...) atau seakan menerima secara baik (memang
ada orang cina yang baik, tetapi...). dalam kalimat tersebut diungkapkan secara
ekplisit.
Contoh;
kalimat pertama dan kedua tidak terdapat pengingkaran, kalimat secara jelas
mengatakan komunime memang sudah mati dan dalam kalimat lain komunisme dapat
hidup kembali. Dalam kalimat ketiga, pengingkaran terjadi. Wartawan seakan
mengatakan bahwa komunisme sudah mati, tetapi maksud sebetulnya yang ingin
disampaikan kepada khalayak adalah kenyataan meskipun sudah mati, komunisme
dapat hidup kembali sewaktu-waktu.
10.
Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat adalah segi sintaksis
yang berhubungan dengan cara berfikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Dimana
ia menanyakan apakah A yang menjelaskan B, ataukah B yang menjelaskan A. logika
kausalitas ini kalau diterjemahkan ke dalam bahasa menjadi susunan subjek (yang
menerangkan) dan predikat (yang diterangkan). Bentuk kalimat ini bukan hanya
persoalan teknis kebenaran tata bahasa, tetapi menentukan makna yang dibentuk
oleh susunan kalimat. Dalam kalimat yang berstruktur aktif, seseorang menjadi
subjek dari pernyataannya, sedangkan dalam kalimat pasif seseorang menjadi
objek dari pernyataannya.
Kasus
penembakan mahasiswa oleh polisi dapat disusun ke dalam bentuk kalimat aktif,
bisa juga pasif. Kalimat “polisi membunuh mahasiswa” menempatkan polisi sebagai
subjek. Dengan penempatan posisi awal frase atau kalimat, memberi glorifikasi
atas kesalahan polisi. Sebaliknya, kalimat “mahasiswa dibunuh polisi”, polisi
ditempatkan secara tersembunyi. Makna yang muncul dari sususnan berbeda, karena
posisi sentral dalam kalimat kedua ini adalah mahasiswa. Struktur kalimat bisa
dibuat aktif, bisa pasif, tetapi umumnya pokok yang dipandang penting selalu
ditempatan di awal kalimat.
11. Kata
Ganti
Elemen kata ganti merupakan elemen
untuk memanipuasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata
ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukan dimana
posisi seorang dapat menggunkan kata ganti “saya” atau “kami” yang
menggambarkan bahwa sikap tersebut merupakan sikap resmi komunikator
semata-mata. Pemakaian kata ganti jamak seperti “kita” atau “kami” mempunyai implikasi
menumbuhkan solidaritas, anliansi, pada diri sendiri. Pemakaian kata ganti
“kita” menciptakan komunikasi antara wartawan dengan pembacanya. Sedangkan kata
ganti “kami” dan “mereka” justru untuk menciptakan jarak antara pihak “kami”
dengan pihak “mereka”. Untuk yang sependapat denga wartawan dipakai kata ganti
“kami” sedangkan dengan pihak yang tidak sependapat dipakai kata ganti
“mereka”.
12.
Leksikon
Pada dasarnya elemen ini menandakan
bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata
yang teredia. Suatu fakta umumnya terdiri aas beberapa kata yang merujuk pada
fakta. Kata “meninggal” misalnya mempunyai kata lain: mati, tewas, gugur,
meninggal, terbunuh, menghembuskan nafas terakhir, dan sebagainua. Diantara
beberapa kata itu demikian pilihan kata yang dipakai tidak semata hanya karena
kebetulan, tetapi juga secara ideolgis mennukkan bagaimana pemaknaan seseorang
terhadap fakta/realitas.
13.
Praanggapan
Elemen
praanggapan merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu
teks. Kalau latar berarti upaya mendukung pendaat dengan jalan memberi latar
belakang, maka praanggapan adalah upaya mendukung pendapat dengan memberikan
premis yang dipercaya kebenarannya. Praanggapan hadir dengan pernyataan yang
dipandang terpercaya sehingga tidak perlu diperanyakan.
14.
Grafis
Elemen ini merupakan bagian untuk
memerikasa apa yang ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting)
oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Dalam wacana berita, grafis ini
biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan
lain. Pemakaian huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf yang
dibuat dengan ukuran lebih besar. termasuk si dalamnya adalah pemakaian
caption, raster, grafik, gambar, atau tabel untuk mendukung arti penting suatu
pesan. Bagian-bagian yang ditonjolkan ini menenkankan kepada khlayak pentingnya
bagian tersebut. Bagia yang dicetak berbeda adalah bagian yang dipandang
penting oleh komunikator, di mana ia menginginkan khalayak menaruh perhatian
lebih pada bagian tersebut.
15.
Metafora
Dalam suatu wacana, seorang wartawan
hanya menyampaikan pesan pokok lewat teks, tetapi juga kiaan, ungkapan,
metafora yang dimaksudkan sebagai ornamen atau bumbu dari suatu berita. Akan,
tetapi pemakaian metafora tertentu bisa jadi menjadi petunjuk utama untuk
mengerti makna suatu teks. Metafora tertentu dipakai oleh wartawan secara
strategis sebagai landasan berfikir, alasan pembenar atas pendapat atau gagasan
tertentu kepada publik. Wartawan menggunakan kepercayaan masyarakat, ungkapan
sehari-hari, peribahasa, pepatah, petuah leluhur, kata-kata kuno, bahkan
mungkin ungapan yang diambil dari ayat-ayat suci yang semuanya dipakai untuk
memperkuat pesan utama.
Jadi, menurut Van Dijk suatu teks
terdiri atas beberapa struktur yang masing-masing bagian saling mendukung dan
membaginya menjadi beberapa tahapan yakni makro, superstruktur, dan mikro.
B. Kognisi Sosial
Dalam pandangan van
Dijk, analisis wacana tidak dibatasi hanya pada struktur teks, karena struktur
wacan itu sendiri menunjukkan atau menandakan sejumlah makna, pendapat, dan
ideologi. Untuk membokar bagaimana makna tersembunyi dari teks, kita
membutuhkan suatu analisis kognisi dan konteks sosial. Pendekatan kognitif
didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu
diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya proses kesadaran mental dari
pemakai bahasa. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penelitian atasrepresentasi
kognisi dan strategi wartawan dalam memproduksi suatu berita. Ada beberapa
macam skema/model yang dapat diuraikan dibawah ini :
a.
Skema Person (Person
Schemas). Skema ini menggambarkan bagaimana seseorang menggambarkan dan
memandang orang lain. Bagaimana seorang wartawan Islam, misalnya memandang dan
memahami orang Kristen yang kemungkinan besar akan berpengaruh terhadap berita
yang akan dia tulis.
b.
Skema Diri (Self
Schemas). Skema ini berhubungan dengan bagaimana diri sendiri dipandang,
dipahami, dan digambarkan oleh seseorang.
c.
Skema Peran (Role
Schemas). Skema ini berhubungan dengan bagaimana seseorang memandang dan
menggambarkan dalam masyarakat. misalnya bagaimana seharusnya posisi laki-laki
dan wanita dalam masyarakat dan sebagainya.
d.
Skema Peristiwa (Event
Schemas). Skema ini yang paling banyak dipakai, karena dihampiri tiap hari kita
selalu melihat, mendengar peristiwa yang lalu-lalang. Dan setiap peristiwa selalu
kita tafsirkan dan maknai dalam skema tertentu.
Model sangat berkaitan
dengan representasi sosial, yakni bagaimana pandangan, keoercayaan, dan
prasangka yang berkembang dalam masyarakat. Model di sini adalah sesuatu yang
sentral dalam kerangka van Dijk, karena penafsiran atas suatu peristiwa
didasarkan pada model ini. Model adalah sesuatu yang personal dan subjektif. Ia
menampilkan bagaimana individu melihat dan menafsirkan peristiwa atau
persoalan.
Salah satu elemen yang
sangat penting dalam proses kognisi sosial selain model adalah memori. Lewat
memori kita bisa berpikir tentang sesuatu yang mempunyai pengetahuan tentang
sesuatu pula. Lewat memori, misalnya kita bisa mengerti suatu pesan dan
mengkategorikan suatu pesan. Dalam setiap memori terkandung di dalamnya
pemasukan dan menyimpanan pesan-pesan, baik saat ini maupun dahulu yang terus
menerus digunakan oleh seseorang dalam memandang suatu realitas.
1.
Kognisi
sosial dan produksi berita
Dalam
pandangan van Dijk, kognisi sosial terutama dihubungkan dengan proses produksi
berita. Wacana berita ini tidak hanya dipahami dalam pengertian sejumlah
struktur tetapi juga bagian dari proses komunikasi yang kompleks. Menurut van
Dijk titik kunci dalam memahami produksi berita adalah dengan meneliti proses
terbentuknya teks. Proses terbentuknya teks ini hanya bermakna bagaimana suatu
teks itu dibentuk.
Menurut van
Dijk, analisis kognisi sosial yang memusatkan perhatian pada struktur mental,
proses pemknaan dan mental wartawan membantu memahami fenomena tersebut sebagai
bagian dari proses produksi berita. Wartawan menggunakan model untuk memahami
peristiwa yang tengah diliputnya. Model itu memasukkan opini, sikap,
perspektif, dan informasi lainnya. Ada beberapa strategi besar yang dilakukan.
Pertama, seleksi. Seleksi adalah
strategi yang kompleks yang menunjukkan bagaimana sumber, peristiwa, informasi
diseleksi oleh wartawan untuk ditampilkan ke dalam berita. Keputusan untuk
menggunakan satu sumber berita, memilih sumber berita yang satu dibandingkan
dengan yang lainnya, lebih memilih wawancara dibandingkan konferensi pers
adalah strategi wacana yang dapat digunakan.
Kedua, reproduksi. Kalau strategi seleksi
berhubungan dengan pemilihan informasi apa yang dipilih untuk ditampilkan,
reproduksi berhubungan dengan apakah informasi dikopi, dihandakan, atau tidak
dipakai sama sekali oleh wartawan. Ini terutama berhubungan dengan suber berita
dari kantor berita.
Ketiga,
penyimpulan.
Strategi besar dalam memproduksi berita yang berhubungan dengan mental kognisi
wartawan adalah penyimpulan informasi. Penyimpulan ini berhubungan dengan
bagaimana realitas yang kompleks dipahami dan ditampilkan dengan ringkas. Oleh
karena itu, dalam proses penyimpulan ini paling tidak hal yang saling kait; (1)
penghilangan dengan merangkum informasi ada beberapa informasi yang tidak
relevan dihilangkan, (2) penghilangan adalah generalisasi, dimana informasi
yang mirip atau agak mirip dijadikan sebagai informasi yang berlaku untuk umum,
(3) kontruksi yang berhubungan dengan kombinasi beberapa fakta atau informasi
sehingga membentuk pengertia secara keseluruhan.
Keempat,
transformasi
lokal. Kalau menyimpulkan berhubungan dengan pertanyaan bagaimana peristiwa
yang kompleks disederhanakan dengan tampilan tertentu, transformasi lokal
berhubungan dengan bagaimana peristiwa akan ditampilkan. Misalnya dengan
penambahan (addition).
Jadi, kognisi sosial van Dijk yakni analisis
wacana tidak dibatasi hanya pada struktur teks, karena struktur wacan itu
sendiri menunjukkan atau menandakan sejumlah makna, pendapat, dan ideologi
C.
Analisis Sosial (Societal
Analysis)
Dimensi ketiga dari analisis van Dijk
adalah analisis sosial. Wacana adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam
masyarakat, sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual
dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi
dalam masyarakat. Misalnya kita ingin melakukan penelitian mengenai bagaimana
wacana pemberitaan media ata isu komunisme. Dalam kerangka model van Dijk, kita
perlu melakukan penelitian bagaimana wacana komunisme diproduksi dalam
masyarakat. Penelitian dilakukan dengan menganalisis bagaimana negara melakukan
produksi dan reproduksi atas wacana komunisme, lewat buku-buku sekolah, pidato
politik, dan sebagainya. Kalau kita melakukan penelitian atas bagaimana wacana
pemberitaan media atas kekerasan terhadap wanita, perlu ada penelitian
bagaimana wacana mengenai gender yang berkembang dalam masyarakat. Titik
penting dari analisis ini adalah untuk menunjukkan bagaimana makna yang
dihayati bersama, kekuasaan sosial diproduksi lewat praktik diskursus dan
legitimasi. Menurut van Dijk, dalam analisis mengenai masyarakat ini, ada dua
poin yang penting : kekuasaan (power), dan akses (acces). Berikut
ini akan dijelaskan masing-masing faktor tersebut.
1.
Praktik Kekuasaan
Van Dijk mendefinisikan kekuasaan tersebut sebagai kepemilikan yang
dimiliki oleh suatu kelompok (atau anggotanya), satu kelompok untuk mengontrol
kelompok (atau anggota) dari kelompok lain. Kekuasaan ini umumnya didasarkan
pada kepemilikan atas sumber-sumber yang bernilai, seperti uang, status, dan
pengetahuan. Selain berupa kontrol yang bersifat langsung dan fisik, kekuasaan
itu dipahami oleh van Dijk, juga berbentuk persuasif: tindakan seorang untuk
secara tidak langsung mengontrol dengan jalan mempengaruhi kondisi mental,
seperti kepercayaan, sikap, dan pengetahuan.
Analisis wacana memberikan perhatian yang besar pada apa yang disebut
sebagai dominasi. Rasisme adalah bentuk dominasi dari kulit putih atas ras
minoritas lain, umumnya di luar Eropa. Dominasi direproduksi oleh pemberian
akses yang khusus pada satu kelompok dibandingkan kelompok lain (diskriminasi).
Ia juga memberi perhatian atas proses produksi lewat legitimasi melalui bentuk
kontrol pikiran. Secara umum kita juga dapat menganalisis bagaimana proses
produksi itu secara umum dipakai untuk membentuk kesadaran dan konsensus
2.
Akses Mempengaruhi
Wacana
Analisis wacana van Dijk, memberi perhatian yang besar pada akses,
bagaiamana akses di antara masing-masing kelompok dalam masyarakat. Kelompok
elit mempunyai akses yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang tidak
berkuasa. Oleh karena itu, mereka yang lebih berkuasa mempunyai kesempatan
lebih besar untuk mempunyai kases pada media, dan kesempatan lebih besar untuk
mempengaruhi kesadaran khalayak. Misalnya analisis pemberitaan media atas
sengketa tanah antara petani dengan pengusaha perkebunan/PTPN. Antara petani
dengan PTPN mempunyai akses yang berbeda dengan media, sehingga pihak PTPN
lebih mempunyai kesempatan agar pandangannya lebih diterima dibandingkan dengan
petani. Pihak PTPN dapat melakukan press release, melakukan penjelasan
pada media, mempengaruhi pendapat umum, hal yang tidak dapat dilakukan oleh
petani. Akses yang berbeda dengan media, pembuat keputusan, birokrasi ini
membuat pandangan petani menjadi terpinggirkan.
Akses yang lebih besar bukan hanya memberi kesempatan untuk mengontrol
kesadaran khalayak lebih besar, tetapi juga menentukan topik apa dan isi wacana
apa yang dapat disebarkan dan didiskusikan kepada khalayak. Misalnya dalam
wacana mengenai komunisme, negara mempunyai akses lebih besar dalam menjangkau
khalayak dibandingkan dengan kelompok yang lain. Lewat berbagai institusinya
seperti sekolah dan birokrasi, hukum negara dapat menentukan diskursus mengenai
komunisme. Khalayak yang tidak mempunyai akses bukan hanya akan menjadi
konsumen dari diskursus yang telah ditentukan, tetapi juga berperan dalam
memperbesar lewat reproduksi, apa yang mereka terima dari kelompok yang lebih
tinggi tersebut disebarkan lewat pembicaraan dengan keluarga, teman sebaya, dan
sebagainya.
Jadi,
Analisis Sosial (Societal Analysis)
van Dijk adalah memberi perhatian yang besar pada akses, bagaiamana
akses di antara masing-masing kelompok dalam masyarakat
D.
Kerangka Analisis
Baik
struktur teks, kognisi sosial, maupun konteks sosial adalah bagian yang
integral dalam kerangka van Dijk. Kalau suatu teks mempunyai ideologi tertentu
atau kecenderungan pemberitaan tertentu, maka itu berarti menandakan dua hal.
Pertama, teks tersebut merefleksikan struktur model mental wartawan ketika
memandang suatu peristiwa atau persoalan. Kalau suatu teks bias gender, bisa
jadi wartawan yang menghasilkan teks tersebut mempunyai pandangan yang bias
gender. Kedua, teks tersebut merefleksikan pandangan sosial secara umum, skema
kognisi masyarakat atas suatu persoalan.
Skema penelitian dan metode yang
bisa dilakukan dalam kerangka van Dijk sebagai berikut :
|
STRUKTUR
|
METODE
|
|
Teks
Menganalisis bagaimana strategi wacana yang dipakai
untuk menggambarkan seseorang atau peristiwa tertentu.
Bagaimana strategi tekstual yang dipakai untuk
menyingkirkan atau memarjinalkan suatu kelompok, gagasan, atau peristiwa
tertentu.
|
Critical linguistics
|
|
Kognisi Sosial
Menganalisis bagaimana kognisi wartawan dalam memahami
seseorang atau peristiwa tertentu yang akan ditulis.
|
Wawancara mendalam
|
|
Analisis Sosial
Menganalisis bagaimana wacana yang berkembang dalam
masyarakat, proses produksi dan reproduksi seseorang atau peristiwa
digambarkan.
|
Studi pustaka, penelusuran sejarah
|
Jadi, kerangka analisis Baik struktur teks, kognisi sosial, maupun
konteks sosial adalah bagian yang integral. strukturnya terdiri dari teks,
kognisi sosial, dan analisis sosial. sedangkan metodenya menggunakan metode critical linguistic, Wawancara mendalam,
dan Studi pustaka, penelusuran sejarah.
Contoh wacana
Pentingnya Pendidikan Karakter di
Sekolah
Pendidikan
adalah suatu proses internalisasi budaya kepada seseorang atau kelompok
masyarakat untuk menjadikan orang atau kelompok tersebut menjadi lebih beradab.
Selama ini terjadi salah kaprah mengenai apa itu pendidikan, pendidikan hanya
diartikan sebagai proses transfer ilmu saja antara guru dan siswa, mementingkan
hasil sehingga melupakan nilai-nilai sosial dan moral. Itulah sebabnya mengapa
dewasa ini banyak sekali terjadi degredasi moral di kalangan masyarakat, baik
yang tua maupun yang muda. Itulah mengapa seharusnya sistem pendidikan tidak
hanya memberikan ilmu atau pengetahuan-pengetahuan tentang dunia saja,
melainkan jug memberikan pendidikan karakter kepada masyarakat, khususnya
siswa-siswi di sekolah.
Bagi
sebagian orang mungkin masih belum mengetahui apa itu pendidikan karakter.
Berdasarkan pengertiannya karakter adalah serangkaian sikap, perilaku,
motivasi, dan keterampilan yang baik, maka pendidikan karakter adalah proseses
menanamkan nilai-nilai, sikap, perilaku, motivasi, dan keterampilan kepada anak
didik untuk membentuk individu yang berkarakter. Individu yang berkarakter baik
adalah individu yang berusaha berbuat tindakan-tindakan terbaik terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, dirinya, sesamanya, lingkungan, bangsa dan negara, serta dunia
dengan mengoptimalkan potensi yang ada di dalam dirinya. Pendidikan karakter
ini sangat penting untuk diselipkan di dalam sistem pendidikan pendidikan di
sekolah-sekolah yang sasarannya adalah para siswa-siswi sekolah.
Pendidikan
karakter di sekolah bertujuan untuk menanamankan nilai-nilai karakter kepada
seluruh warga sekolah yang meliputi semua komponen pendidikan seperti
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai yang diajarkan tersebut. Di samping itu, pendidikan
karakter di sekolah juga dimaknai sebagai suatu bentuk perilaku warga sekolah
dalam menyelenggarakan pendidikan harus sesuai dengan karakter yang akan
dibangun.
Sumber:
Badara, Aris.
2012. Analisis Wacana: Teori, Metode, dan
Penerapan Pada Wacana Media.
Jakarta: Prenada Media Group
Eriyanto.
2011. Analisis Wacana: Pengantar Analisis
Teks Media. Yogyakarta: PT. LKiS
Printing Cemerlang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar