Kamis, 05 April 2018

Teks, koteks, dan konteks 3

TEKS, KOTEKS, DAN KOTEKS
Oleh: Sulistriani (156047) / 2015 A 
A.    Pendahuluan
Pesatnya perkembangan ilmu linguistik berawal dengan adanya perkembangan tata bahasa yang bertitik pusat pada kalimat dan jenis kata yang hingga pada akhirnya sebagai kajian wacana. Penggunaan sebuah wacana bukan hanya mengenai cakupan ujaran, akan tetapi juga terdapat pada pembicaraan umum, dan tulisan seperti laporan ilmiah. Melalui wacana, manusia dapat melakukan interaksi dengan lingkungan sosialnya yakni seperti saling menyapa, berkomunikasi (bercakap-cakap). Analisis wacana dapat dikatakan sebagai suatu kajian yang meneliti bahasa yang digunakan secara alamiah, baik berbentuk tulis maupun lisan terhadap pengguna yang disebut juga dengan elemen masyarakat.
Alasan dalam membuat essai makalah yang berjudul “Teks, Koteks, dan Konteks” ini yakni dalam kehidupan sehari-hari secara tidak langsung masyarakat pun telah menggunakan wacana dalam kehidupan. Wacana yang dimaksud yakni mengenai teks, koteks, dan konteks. Dari ketiga wacana tersebut saling berhubungan atau terdapat keterkaitan dalam konteks kalimatnya. Tujuan dari sebuah wacana tidak lain adalah mengandung sebuah informasi pengetahuan yang terdapat dalam isi wacana tersebut. sama halnya dengan teks, koteks, dan konteks yang memiliki sebuah tujuan baik yang berbentuk tersirat maupun terseurat.
Tujuan penulisan ini tidak lain adalah untuk menarik kesimpulan mengenai bahasan teks, koteks, dan konteks. Selain itu terdapat tujuan yang lain seperti pengertian dari teks, koteks, dan konteks serta contoh dari ketiga wacana tersebut yakni teks, koteks, dan konteks. Penulisan ini juga untuk memberikan sebuah pengetahuan, pemahaman, dan wawasan kepada pembaca. Manfaat pentingnya dalam penulisan yang berjudul “Teks, koteks, dan konteks” ini salah satunya yakni seseorang dapat mengetahui dan memahami pengertian teks, koteks, dan konteks serta bentuk atau contoh dari Teks, koteks, dan konteks. 
B.     Kajian Teori
1. Definisi
  1.1 Teks
Teks merupakan (1) satuan bahasa yang terlengkap bersifat abstrak, (2) deretan kalimat, fakta, dan sebagainya yang membentuk sebuah ujaran, (3) ujaran yang dihasilkan dalam interaksi manusia.  Teks juga dapat dikatakan sebagai satuan bahasa yang yang berupa bahasa tulis dan bahasa lisan yang dihasilkan dari interaksi atau komunikasi manusia (Kridalaksana:2011:238).
            Sobur Alex (2012:54) pengertian teks dalam sebuah teori bahasa, yang dinamakan dengan teks yakni sebuah teks yang tak lebih dari himpunan huruf yang membentuk kata dan kalimat yang dirangkai dengan menggunakan sistem tanda yang telah disepakati oleh masyarakat, sehingga teks apabila dibaca akan dapat mengungkapkan makna atau arti yang terkandung dalam teks tersebut.
Teks memiliki pengertian, antara lain:
1)      Teks mengandung pesan di dalam isi teks tersebut.
2)      Bersifat abstrak, sinkronis, diakronis.
3)      Terdapat syarat, gesture, mimik, dan intonasi.
4)      Memiliki kualitas dan kuantitas.
Jadi, teks yakni salah satu satuan bahasa yang berbentuk ujaran bahkan terdapat sebuah himpunan huruf yang membentuk kata dan kalimat.
1.2 Koteks
Koteks adalah teks yang bersifat sejajar (sama), koordinatif, dan memiliki hubungan dengan teks yang lainnya. Keberadaan sebuah teks yang didampingi tersebut, dapat terletak diawal maupun diakhir teks yang mendampingi (mengiringi).
Kridalaksana (2011:137) koteks berarti sebagai kalimat atau sebuah unsur-unsur yang mendahului atau mengikuti sebuah unsur lain dalam wacana. Dimana teks yang mendampingi teks lain tersebut memiliki keterkaitan dan kesejajaran.
Menurut Dell Hyms, pengertian mengenai koteks yakni:
Sender
Participan
End
Aa
Key
Instrumen
Genre
Jadi, kesimpulan mengenai koteks yakni kalimat yang berada diawal (mendahului) dan maupun mengikuti sebuah unsur yang terdapat dalam sebuah wacana serta mememiliki keterkaitan (hubungan) dan kesejajaran (kesamaan).
1.3 Konteks
Kontek merupakan sesuatu yang dianggap sebagai sebab atau alasan terjadinya suatu pembicaraan. Segala sesuatu yang berhubungan dengan tuturan, arti, maksud, maupun informasinya, dan sangat bergantung pada konteks yang melatarbelakangi peristiwa tuturan tersebut (Mulyana: 2005:21)
        Kridalaksana (2011:134) mendefinisikan konteks yakni (1) aspek-aspek atau lingkungan fisik sosial yang terdapat keterkaitan dengan ujaran tertentu, (2) Pengetahuan yang sama-sama memiliki pembicara dan pendengar sehingga sang pendengar memahami apa yang dimaksud dari pembicara.
Jadi, konteks adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan ujaran (tuturan tertentu dan memiliki pembicara dan pendengar sehingga sang pendengar.   
a. Jenis-jenis konteks
     1. konteks situasi : lingkungan langsung tempat teks itu berfungsi. Keseluruhan lingkunagan, baik lingkungan tutur, maupun dalam lingkungan tempat sebuah teks diproduksi. Maksudnya baik diproduksi tertulis maupun lisan.
     2. kontek pengetahuan : sesuatu yang yang mungkin bisa diketahui oleh antara si pembaca dengan mitra tutur dan bagaimana pengetahuan terebut membimbing dalam penggunaan bahasa dan interpretasinya (Schffrin;2007: 549) adapun macam-macam teks pengetahuan, anatara lain:
(1) Teori tindak tutur konteks
(2) Pragmatik model grice dan konteks
           Imam Syafi’I (1990:126) konteks terjadinya suatu percakapan dapat dipilah menjadi emapat macam, yaitu:
1) kontek linguistik (kalimat-kalimat yang terdapat dalam sebuah percakapan). 
2) konteks epistemis (latar belakang pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh partisipan). 
3) konteks fisik (tempat terjadinya percakapan, objek yang disajikan di dalam percakapan dan tindakan partisipan).
4) konteks sosial (relasi sosio-kultural yang melengkapi hubungan antar pelaku atau partisipan dalam sebuah percakapan).
Jadi, dapat disimpulkan bahwasannya konteks konteks terjadinya suatu percakapan antara lain: kontek linguistik, konteks epistemis, konteks fisik, dan konteks sosial.  
2. Hubungan Teks, Koteks, dan Konteks
            Teks merupakan esensi wujud suatu bahasa. Sebuah teks bukan sekedar unit tata bahasa yang tampak, akan tetapi, teks merupakan unit semantic yang mempunyai satu-kesatuan arti atau makna. Koteks yakni teks yang bersifat sejajar, koordinatif, dan memiliki hubungan dengan teks yang lainnya, maksudnya teks yang satu berhubungan dengan teks yang lainnya. Dimana, teks teks lain tersebut dapat berada diawal (depan) ataupun mendahului atau berada diakhir (belakang) ataupun mengiringi. Sedangkan konteks ialah situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi. Konteks juga dapat dikatakan sebagai sebab atau alasan terjadinya suatu pembicara (dialaog ataupun teks). Hubungan antara teks, koteks, dan konteks terdapat keterkaitan atau saling berhubungan. Sesuai dengan pernyataan tersebut, keterkaitan dapat dilihat dari segi hakikat yang telah menjelaskan mengenai teks, koteks, dan konteks.
Kesimpulan dari beberapa pernyataan diatas mengenai “Teks, Koteks, dan Konteks” yaitu salah satu satuan bahasa yang berbentuk ujaran bahkan terdapat sebuah himpunan huruf yang membentuk kata dan kalimat (Teks). Koteks yakni kalimat yang berada diawal (mendahului) dan maupun mengikuti sebuah unsur yang terdapat dalam sebuah wacana serta mememiliki keterkaitan (hubungan) dan kesejajaran (kesamaan).  Sedangkan konteks yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan ujaran (tuturan tertentu dan memiliki pembicara dan pendengar sehingga sang pendengar.  Jenis-jenis konteks terdiri dari: kontek linguistik, konteks epistemis, konteks fisik, dan konteks sosial.   Adapun terdapat hubungan antara teks, koteks, dan konteks yakni
Contoh wacana (Teks) :
Saat ini, kenakalan remaja tidak hanya terbatas pada masalah tawuran saja. Kenakalan remaja ini kini menjadi lebih meluas pada hal-hal seperti narkoba dan seks bebas. Saat ini kasus aborsi akibat dari seks bebas di kalangan remaja bertambah setiap tahunnya sekitar 30% hingga 40%. Kondisi seperti ini sungguh menyedihkan mengingat kualitas pendidikan di negara ini masih begitu-begitu saja.
Solusi yang dirasa paling tepat adalah dengan memberikan pendidikan agama serta menciptakan kondisi lingkungan keluarga yang kondusif. Dengan begitu, remaja bisa terperhatikan dan terjaga dari kenakalan remaja.
Contoh wacana (Koteks) :
Terimakasih.
Jalan pelan-pelan banyak anak-anak
Contoh wacana (Konteks) :
Pembicara : Ibu
Pendengar : Bapak
Tempat      : Rumah
Situasi       : Menunggu anaknya kembali dari rumah pamannya karena mengambil sesuatu yang dipinjam.
Waktu         : 09.00
Ketika si anak kembali, si ibu mengatakan, “cepat sekali kamu pulang.”
Sumber:
Shiffrin, Debora. 2007.Ancangan Kajian Wacana. (terjemahan Enang Unang, dkk) Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar