Selasa, 27 Maret 2018

Prasyarat Wacana Bahasa Indonesia 2



PRASYARAT WACANA
Oleh: Sulistriani (156047) / 2015 A 
A.       Pendahuluan
Wacana dapat dikatakan sebagai salah satu satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas sebuah kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang saling berkesinambungan atau  berhubungan serta mempunyai awal dan akhiran yang nyata baik disampaikan secara lisan dan tertulis. Pengertian mengenai pernyataan tersebut kini sudah diketahui bahwa wacana memiliki syarat dari ungkapan “dengan koherensi dan kohesi yang berkesinambungan serta mempunyai awal dan akhir yang nyata”. Beberapa para ahli berpandangan bahwa sebuah wacana terbentuk karena adanya koherensi dan kohesi. Akan tetapi, koherensi dan kohesi itu saja belum cukup untuk memenuhi prasyarat dari wacana. Untuk itu, selain koherensi dan kohesi yang menjadi salah satu syarat dari wacana, Topik, proporsional, dan tuturan  juga merupakan prasyarat dari sebuah wacana. karena, dalam wacana terdapat rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain sehingga membentuk kesatuan. Proposisi (kesejajaran dengan topik) dan tindak tutur (tuturan pengungkap topik) menjadi dua hal yang terpenting yang dimiliki oleh sebuah wacana. 
B.     Kajian Teori
1. Prsayarat Wacana
a. Kohesi
Kohesi dalam wacana diartikan sebagai kepaduan bentuk secara structural yang membentuk ikatan sintaktikal. Konsep kohesif sebenarnya mengacu tentang hubungan bentuk. Maksud dari pernyataan tersebut yakni, unsur-unsur wacana (kata atau kalimat) yang digunakan dalam menyusun sebuah wacana memiliki keterkaitan atau hubungan secara terpadu maupun utuh. Hanya dengan adanya hubungan kohesif seperti itulah suatu unsur dalam sebuah wacana dapat di interpretasikan sesuai dengan ketergantungannya dengan unsur-unsur lainnya. Kohesi wacana dapat dibagi menjadi dalam dua aspek yaitu aspek kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal merupakan kepaduan bentuk sesuai dengan tata bahasa. Sedangkan Kohesi leksikal, yaitu kepaduan bentuk sesuai dengan kata.  
Gutwisnky, 1976 : 26 (Tarigan, 2009 : 93), kohesi merupakan  organisasi sintaksis, merupakan wadah kalimat-kalimat disususun secara padu dan padat untuk menghasilkan tuturan. Hal ini berarti bahwa hohesi adalah hubungan antarkalimat dalam sebuah wacana, baik dalam strata gramatikal maupun dalam strata leksikal tertentu.
Kohesi wacana terbagi dalam dua aspek yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal artinya kepaduan bentuk sesuai dengan tata bahasa. Kohesi leksikal artinya kepaduan bentuk sesuai dengan kata.
Jadi, yang dimaksud dengan Kohesi yakni perpaduan bentuk structural dan membentuk ikatan sintaktikal serta mempunyai konsep yang mengacu kepada hubungan bentuknya.
1. Kohesi gramatikal
Referensi (pengacuan), merupakan pengacuan satuan lingual tertentu terhadap satuan lainnya. Di lihat dari acuannya.
a.       Referensi (pengacuan) merupakan pengacuan satuan lingual tertentu terhadap satuan lainnya. Di lihat dari acuannya, referensi terbagi atas:
1. Referensi eksofora yaitu pengacuan satuan lingual yang berada di luar teks wacana. Contoh: Itu matahari, ‘benda berpijar yang menerangi alam ini’
2. Referensi endofora yaitu pengacuan satuan lingual yang berada di dalam teks wacana. Referensi endofora terbagi atas:
1.1. Referensi anaphora yaitu pengacuan satual lingual yang disebutkan terlebih dahulu, mengacu yang sebelah kiri.
1.2. Referensi katafora yaitu pengacuan satuan lingual yang disebutkan setelahnya, mengacu yang sebelah kanan.
b. Subtitusi ( penggantian), sebagai penggantian satuan lingual dengan satuan lingual lain dalam wacana untuk  memperoleh unsur pembeda.







Elipsis atau pelesapan, adalah pelesapan satuan lingual tertentu yang sudah disebutkan sebelumnya. Contoh: Tuhan selalu memberikan kekuatan, ketenangan, ketika saya menghadapi saat-saat yang menentukan dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih. Kalimat kedua yang berbunyi terima kasih merupakan elipsis. Unsur yang hilang adalah subjek dan predikat. Kalimat tersebut selengkapnya berbunyi: Tuhan selalu memberikan kekuatan, ketenangan, ketika saya menghadapi saat-saat yang menentukan dalam penyusunan skripsi ini. Saya mengucapkan terima kasih.
 d. Konjungsi (perangkaian), adalah kohesi gramatikal yang dilakukan dengan menghubungkan unsure yang satu dengan unsure yang lain. Unsur yang dirangkai berupa kata, frasa, klausa, dan paragraf.
d.1 Tabel macam-macam konjungsi
No
Macam-Macam Konjungsi
Konjungsi yang digunakan
1.
Sebab-akibat
karena, sebab, makanya, sehingga, oleh karena itu, dengan demikian dan sebagainya.
2.
Pertentangan
tetapi dan namun
3.
Kelebihan (eksesif)
malah
4.
Perkecualian (eksepsif)
kecuali.
5.
Tujuan
agar dan sehingga
6.
penambahan (Aditif)
dan, juga, serta, selain itu.
7.
Pilihan (Alternatif)
atau dan apa
8.
Harapan (Optatif)
semoga, moga-moga.
9.
Urutan (Sekueintal)
setelah itu, lalu, kemudian, terus, mula-mula.
10.
Syarat
apabila dan jika
11.
Cara
dengan cara







1.      Sebab-
e. Kohesi Leksikal (Perpaduan bentuk dalam struktur kata)
                        e.1 Tabel macan-macam kohesi leksikal
No
Macam-macam Kohesi Leksikal
Contoh Macam-macam Kohesi Leksikal
1.
Pengulangan (Repetisi)

       Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tidak terbatas ini.
2.
Sinonimi (Persamaan Kata)

       Hari pahlawan diperingati tiap 10 November. Mereka adalah pejuang bangsa yang rela mengorbankan jiwa raga demi kesatuan Negara Republik Indonesia. Jasa mereka selalu dikenang sepanjang masa.
3.
Antonim (Lawan Kata)
       Dalam rangka menyambut peringatan kemerdekaan Republic Indonesia, warga setempat mengadakan kerja bakti. Bagi yang putri sebagian besar membawa sapu, sedangkan yang putra membawa sabit. Tak ketinggalan pula nenek maupun kakek ikut serta meramaikan peringatan tersebut.
4.
Hiponim
        Setiap hari Anita menyiram bunga di taman. Bermacam-macam bunga diantaranya mawar, melati, dahlia, dan anggrek.
5.
Kolokasi
        Bermula dari goresan bolpoin pada selembar kertas namanya sekarang tenar. Dari lembaran-lembaran kertas tersebut di gabung dalam satu buku. Buku tersebut menjadi perbincangan banyak orang karena banyak dimuat dalam majalah, koran, televisi. Berkat media massa, namanya menjadi terkenal.
6.
Contoh
        Setiap hari aku belajar dengan rajin. Bu Narti sebagai guruku selain  mengajarkan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, beliau juga mengajarkan pendidikan moral.


b.  Koherensi
Unsur-unsur Koherensi antara lain:
1.   Penambahan, yang berupa: dan, juga, lagi pula, selanjutnya, dll.
2.   Repetisi atau pengulangan
3.   Pronomina
4.   Sinonimi
5.   Totalitas Bagian
6.   Komparasi atau perbandingan. Komparasi digunakan untuk membandingkan dua hal yang berbeda.
7.   Penekanan, penekanan digunakan untuk menekankan yang dianggap penting.
8.   Kontras
9.   Simpulan, dengan kata-kata yang mengacu kepada hasil atau simpulan pun, kita dapat juga meningkatkan kekoherensifan wacana.
10.  Paralelisme atau kesejajaran.
11.  Waktu
Jadi, Koherensi merupakan hubungan antara bagian yang satu dengan bagian lainnya sehingga kalimat tersebut mempunyai kesatuan arti yang utuh.
c. Topik
Sebuah wacana mengungkapkan satu bahasan atau gagasan. Gagasan tersebut akan diurai, akan membentuk serangkaian penjelasan tetapi tetap merujuk pada satu topik. Sehingga topik yang diangkat atau yang dimaksud memberikan suatu tujuan. Tujuan-tujuan tersebut yang teradapat didalam sebuah wacana, dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis wacana. Seperti wacana persuasif, tujuannya untuk mempengaruhi pembaca. Atau bisa berupa simbol huruf P pada rambu-rambu lalu lintas, memberikan tujuan menginformasikan pengguna jalan, bahwa tempat bersimbol P adalah tempat parkir.
Jadi, Topik dapat dikatakan sebagai sebuah wacana yang pengungkapannya dalam satu bahasan atau gagasan yang diurai sehingga membentuk serangkaian penjelasan yang merujuk pada suatu topic.
d.  Proporsional
Prosorsional yang dimaksud ialah keseimbangan dalam makna yang ingin dijabarkan dalam wacana, atau makna yang terdapat dalam wacana, ialah seimbang. Misalnya apabila sebuah wacana persuasif, wacana yang mempengaruhi pembaca untuk membeli suatu produk, maka dalam wacana tersebut harus terdapat kesinambungan yang tepat antara paragraf yang satu dengan yang lain. apabila paragraf pertama terdapat beberapa tuturan yang mempengaruhi pembaca dengan satu topik, maka paragraf kedua juga harus tetap meruju pada satu topik dan dimungkinkan lebih merujuk pada hal yang khusus. Sehingga antara paragraf yang satu dengan yang lain padu dan tidak membingungkn pembaca.
Jadi,  kesimpulan dari proporsional adalah keseimbagan dalam sebuah makna yang akan dijabarkan dalam wacana. Hal ini juga bisa dikatakan makna atau arti dalam sebuah wacana itu memiliki sifat yang seimbang.
e. Tuturan
Tuturan yang dimaksud adalah pengungkapan suatu topik yang ada dalam wacana. Baik tutur tulis atau tutur lisan. tuturan kaitannya menjelaskan suatu topik yang terdapat dalam wacana dengan tetap adanya kohesi dan koherensi yang proporsional di dalamnya.
Jadi, tuturan yakni suatu ungkapan mengenai topic dalam wacana yang berbentuk tulisan maupun lisan. Tuturan menjelaskan topic yang tidak lepas dengan kohesi dan koherensi yang seimbang. 
Kesimpulan dari beberapa pernyataan diatas mengenai “Prasyarat Wacana” penjelasan wacana, Wacana dapat dikatakan sebagai salah satu satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas sebuah kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang saling berkesinambungan atau  berhubungan serta mempunyai awal dan akhiran yang nyata baik disampaikan secara lisan dan tertulis.  tidak hanya itu, penulisan ini juga membahas tentang syarat-syarat yang ada didalam sebuah wacana yakni yang meliputi Kohesi, koherensi, proporsional, topik, dan tuturan.  
Contoh Wacana :
1. Elipsis
- Saya berbelanja di Super Market baru kemarin. Di sana lengakap menjual kebutuhan sehari-hari.
   - Kabupaten Paser merupakan penghasil minyak terbesar di Kalimantan Timur. Di sana banyak terdapat pabrik sawit sebagai alat untuk mengolah buah sawit menjadi minyak mentah. 
                        2.  Contoh Wacana Kohesi Referensi Eksoforis
- Jika ‘Anda’ berkunjung ke kedai Bunda Flamboyan di Jalan Cendana 1 Bajarmasin, maka ‘Anda’ akan melewati Asrama Putri Petong.

Sumber:
            Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa Grup
           





Tidak ada komentar:

Posting Komentar