Hakekat dan Kedudukan Wacana dalam
Ilmu linguistik
Oleh: Sulistriani (156047) / 2015
A
A.
Pendahuluan
Perkembangan linguistik memang
sangatlah berkembang pesat. Maksud dari hal tersebut yakni perkembangan pemakaian
bahasa dalam kehidupan manusia sehari-hari yang berbentuk kata dan kalimat. Pengalaman
mengatakan bahwa, wacana merupakan sebuah percakapan, kalimat dapat dikatakan
sebagai satuan bahasa yang mengandung arti dan salah satu unsur pembentuk
wacana. Deskripsi linguistik masih tetap berdasarkan pada jenis kata
tradisional dan pandangan bahasa klausa atau kalimat merupakan kesatuan
linguistik yang utama. Para linguis seringkali membesar-besarkan kemajuan serta
perkembangan linguistik itu, walaupun kesatuan-kesatuan seperti nomina, verba,
kalimat dan lain-lainnya yang telah menjadi pusat perhatian dalam penggambaran
atau deskripsi bahasa selama dua ribu tahun lebih, bahkan setelah itu
Pemerolehan gambaran yang lebih jelas mengenai batasan atau pengertian wacana
dari berbagai sumber. Sumber-sumber tersebut yang nantinya akan merumuskan berbagai
definisi wacana sebagai pegangan serta referensi.
Alasan dalam membuat essai makalah
yang berjudul “Hakikat dan Kedudukan Wacana dalam Ilmu Linguistik” ini yakni terdapat
sebuah persoalan dimana, sedikit banyak orang yang belum mengetahui apa arti
wacana, bagaimana kedudukan wacana dalam ilmu linguistik, dan seperti apa bentuk
wacana. Sekian banyak ragam definisi yang berbeda-beda mengenai arti sebuah
hakekat wacana. Sehingga hakekat wacana memiliki pengertian atau makna yang
luas. Kalimat dapat dikatakan sebagai
satuan bahasa yang mengandung arti, kalimat merupakan salah satu unsur
pembentuk satuan bahasa yang lebih besar dalam sebuah wacana. Akan tetapi,
salah satu hakekat wacana dari berbagai macam definisi itu yakni garis merah
inti dari pengertian wacana tersebut merupakan satuan bahasa yang lengkap dalam
satuan gramatikal tertinggi.
Tujuan penulisan ini tidak lain
adalah untuk menarik kesimpulan terhadap adanya berbagai macam definisi mengenai
pengertian dari hakekat wacana serta kedudukannya dalam ilmu linguistik. Selain
itu terdapat tujuan yang lain yakni untuk mengetahui tentang arti hakekat
wacana, kedudukan wacana dalam ilmu linguistik, dan bentuk sebuah wacana.
Penulisan ini juga untuk memberikan sebuah pengetahuan, pemahaman, dan wawasan
kepada pembaca. Manfaat pentingnya dalam penulisan yang berjudul “Hakikat
Wacana dan Kedudukan Wacana dalam Ilmu Linguistik” ini salah satunya yakni seseorang
dapat mengetahui dan memahami arti dari hakekat wacana, kedudukan wacana dalam
ilmu linguistik, dan bentuk sebuah wacana. Secara tidak langsung bentuk dari
wacana itu sendiri sering kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi
ada yang belum mengetahui sebuah wacana itu tersendiri. Salah satu dari bentuk
tersebut seperti sebuah kalimat percakapan. Jadi, penulisan ini sangatlah
penting dalam menunjang pemahaman seseorang mengenai wacana.
B. Kajian Teori
1.
Hakekat Wacana
Wacana merupakan satuan
bahasa yang lengkap, sehingga dalam hirarki bahasa merupakan satuan gramatikal
tertinggi atau terbesar. Wacana sebagai satuan gramatikal yang lengkap, harus
terdapat konsep, gagasan, pikiran, dan ide yang utuh, yang akan dipahami oleh
pembaca dalam bentuk wacana lisan dan oleh pendengar dalam bentuk wacana lisan (Chaer;2007:265).
Menurut Tarigan (2009:20) menjelaskan
bahwa wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan terbesar (tertinggi) di
atas kalimat dan klausa dengan koherensi serta kohesi yang berkesinambungan, mempunyai
awal dan akhir yang nyata, dan disampaikan secara lisan atau tulisan. Wacana di
katakan lengkap seperti wacana bahasa Indonesia yang terdapat tema, pokok
pikiran, gagasan, dan amanat. Wacana terdiri dari satu kalimat atau lebih serta
terdapat awalan dan akhiran yang jelas.
Jadi, kesimpulan pengertian wacana
mengenai dua pendapat tersebut, wacana yaitu satuan bahasa yang lengkap,
memiliki satuan gramatikal yang tinggi (terbesar) melebihi sebuah kalimat dan
klausa dengan kohesi dan koherensi yang saling berhubungan yang disampaikan
baik melalui lisan maupun tulisan.
Terdapat beberapa jenis tipe atau
bentuk wacana yakni terdiri dari: Narasi, konversasi, eksposisi, deklamasi, dan
puisi. Landsteen dalam Tarigan (2009:22) Istilah wacana dipergunakan untuk
mencangkup bukan hanya percakapan atau obrolan, tetapi juga pembicaraan dimuka
umum, tulisan, serta upaya formal seperti laporan ilmiah dan sandiwara atau
lakon. Wacana mencangkup empat tujuan penggunaan bahasa, yaitu: ekspresi diri,
eksposisi, sastra, dan persuasi. Menurut pernyataan tersebut sebuah wacana
digunakan atau proses pengaplikasiannya tidak hanya mencangkup dalam bentuk
percakapan maupun obrolan, akan tetapi wacana juga mendeskripsikan bentuk
wacana yang berupa tulisan, laporan karya ilmiah, dan sandiwara (lakon).
2.
Kedududkan Wacana
Kedudukan
wacana dalam ilmu linguistik, wacana merupakan wujud pemakaian bahasa yang
melampaui tataran kalimat dalam kaitannya dengan hal ini kalimat-kalimat adalah
sebuah komponen konstruksi wacana. Dari sudut keutuhannya, wacana yakni satuan
lingual (bahasa) terlengkap dan merupakan wujud (bentuk) pemakaian bahasa yang
utuh. Wacana dapat dikatakan sebagai konstruksi kebahasaan yang dibangun atas
dasar jaringan kalimat-kalimat sebagai komponen-komponen (Bell 1976:203).
Jadi, kesimpulan dari kedudukan
wacana dalam ilmu linguistik yakni sebuah bentuk dari pemakaian bahasa yang
melebihi tataran kalimat yang juga termasuk sebuah komponen konstruksi wacana.
Kesimpulan dari beberapa pernyataan
diatas mengenai “Hakekat Wacana dan Kedudukan Wacana dalam Ilmu Linguistik”
yaitu wacana merupakan satuan bahasa yang lengkap, memiliki satuan gramatikal
yang tinggi (terbesar) melebihi sebuah kalimat dan klausa dengan kohesi dan
koherensi yang saling berhubungan yang disampaikan baik melalui lisan maupun
tulisan. terdapat lima tipe (bentuk) wacana yang terdiri dari: Narasi,
konversasi, eksposisi, deklamasi, dan puisi. Wacana digunakan mencangkup dalam
bentuk percakapan, obrolan, tulisan, laporan karya ilmiah, dan sandiwara
(lakon). Adapun kedudukan wacana dalam ilmu linguistik yakni Fonologi (fonem),
morfologi (morfem), sintaksis (frasa, klausa, dan kalimat), pragmatic (gaya
bahasa), semantic (makna, tanda), wacana. Sehingga dapat dikatakan kedudukan
wacana disini adalah Wacana dapat dikatakan sebagai konstruksi kebahasaan yang
dibangun atas dasar jaringan kalimat-kalimat sebagai komponen-komponen.
Contoh wacana :
Perangi Nyamuk
Demam Berdarah dengan 3 M
Hewan pengganggu
yang satu ini memang berukuran kecil, tetapi jangan meremehkan dampak
gigitannya. Sekali saja mereka menggigit, maka Anda akan terkena penyakit demam
berdarah yang sangat berbahaya. Apa itu demam berdarah? Demam berdarah adalah
penyakit menurunnya trombosit atau sel darah merah dalam tubuh akibat
virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegpty.
Virus ini sangat
berbahaya, karena bisa menyebabkan kematian bagi sebagian orang. Bahkan pada
beberapa waktu yang lalu, pemerintah pernah menetapkan kasus ini sebagai
kejadian luar biasa di berbagai daerah. Gejala ini diawali dengan demam tinggi
hingga mencapai 41 derajat celsius dan hari berikutnya demam tersebut akan
turun seolah-olah penderita telah sembuh, tetapi sebenarnya pada masa itu virus
sedang dalam masa inkubasi, kemudian tubuh akan kembali panas. Satu-satunya
cara untuk mencegah virus ini adalah dengan menekan pertumbuhan nyamuk aedes
aegypti, yaitu dengan melakukan gaya hidup 3 M di lingkungan rumah kita.
Apakah 3 M itu? M yang pertama adalah menguras. Kita harus rajin menguras bak
mandi karena disanalah tempat – tempat yang ideal bagi nyamuk untuk menaruh
telur-telurnya. Lakukan kegiatan menguras ini minimal seminggu tiga kali,
sehingga telur-telur nyamuk yang ada di sana tidak akan sempat menetas. M yang
kedua adalah mengubur barang-barang bekas. Kuburlah semua barang-barang bekas
yang dapat memungkinkan menampung air, seperti kaleng bekas, ban bekas, dan
lain-lain, sehingga nyamuk tidak bisa berkembang di dalamnya. M yang terakhir
adalah menutup tempat-tempat penampungan air di rumah. Tutuplah semua
wadah-wadah penampungan air, seperti ember, vas bunga, dan lain-lain, dengan
begitu nyamuk tidak memiliki tempat untuk berkembang biak.
Demikianlah
upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk melindungi diri kita dari penyakit demam
berdarah ini. Dengan gerakan 3 M ini maka dipastikan nyamuk tidak akan memiliki
tempat berkembang di rumah, sehingga kita bisa terbebas dari demam berdarah.
Sumber:
Tarigan, H.G. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar