Senin, 19 Maret 2018

Hakikat dan kedudukan Wacana dalam Ilmu Linguistik (1)



Hakekat dan Kedudukan Wacana dalam Ilmu linguistik
Oleh: Sulistriani (156047) / 2015 A 
A.  Pendahuluan
Perkembangan linguistik memang sangatlah berkembang pesat. Maksud dari hal tersebut yakni perkembangan pemakaian bahasa dalam kehidupan manusia sehari-hari yang berbentuk kata dan kalimat. Pengalaman mengatakan bahwa, wacana merupakan sebuah percakapan, kalimat dapat dikatakan sebagai satuan bahasa yang mengandung arti dan salah satu unsur pembentuk wacana. Deskripsi linguistik masih tetap berdasarkan pada jenis kata tradisional dan pandangan bahasa klausa atau kalimat merupakan kesatuan linguistik yang utama. Para linguis seringkali membesar-besarkan kemajuan serta perkembangan linguistik itu, walaupun kesatuan-kesatuan seperti nomina, verba, kalimat dan lain-lainnya yang telah menjadi pusat perhatian dalam penggambaran atau deskripsi bahasa selama dua ribu tahun lebih, bahkan setelah itu Pemerolehan gambaran yang lebih jelas mengenai batasan atau pengertian wacana dari berbagai sumber. Sumber-sumber tersebut yang nantinya akan merumuskan berbagai definisi wacana sebagai pegangan serta referensi.
Alasan dalam membuat essai makalah yang berjudul “Hakikat dan Kedudukan Wacana dalam Ilmu Linguistik” ini yakni terdapat sebuah persoalan dimana, sedikit banyak orang yang belum mengetahui apa arti wacana, bagaimana kedudukan wacana dalam ilmu linguistik, dan seperti apa bentuk wacana. Sekian banyak ragam definisi yang berbeda-beda mengenai arti sebuah hakekat wacana. Sehingga hakekat wacana memiliki pengertian atau makna yang luas.  Kalimat dapat dikatakan sebagai satuan bahasa yang mengandung arti, kalimat merupakan salah satu unsur pembentuk satuan bahasa yang lebih besar dalam sebuah wacana. Akan tetapi, salah satu hakekat wacana dari berbagai macam definisi itu yakni garis merah inti dari pengertian wacana tersebut merupakan satuan bahasa yang lengkap dalam satuan gramatikal tertinggi.
Tujuan penulisan ini tidak lain adalah untuk menarik kesimpulan terhadap adanya berbagai macam definisi mengenai pengertian dari hakekat wacana serta kedudukannya dalam ilmu linguistik. Selain itu terdapat tujuan yang lain yakni untuk mengetahui tentang arti hakekat wacana, kedudukan wacana dalam ilmu linguistik, dan bentuk sebuah wacana. Penulisan ini juga untuk memberikan sebuah pengetahuan, pemahaman, dan wawasan kepada pembaca. Manfaat pentingnya dalam penulisan yang berjudul “Hakikat Wacana dan Kedudukan Wacana dalam Ilmu Linguistik” ini salah satunya yakni seseorang dapat mengetahui dan memahami arti dari hakekat wacana, kedudukan wacana dalam ilmu linguistik, dan bentuk sebuah wacana. Secara tidak langsung bentuk dari wacana itu sendiri sering kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi ada yang belum mengetahui sebuah wacana itu tersendiri. Salah satu dari bentuk tersebut seperti sebuah kalimat percakapan. Jadi, penulisan ini sangatlah penting dalam menunjang pemahaman seseorang mengenai wacana.
      B. Kajian Teori
1.      Hakekat Wacana
Wacana merupakan satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hirarki bahasa merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana sebagai satuan gramatikal yang lengkap, harus terdapat konsep, gagasan, pikiran, dan ide yang utuh, yang akan dipahami oleh pembaca dalam bentuk wacana lisan dan oleh pendengar dalam bentuk wacana lisan (Chaer;2007:265).
Menurut Tarigan (2009:20) menjelaskan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan terbesar (tertinggi) di atas kalimat dan klausa dengan koherensi serta kohesi yang berkesinambungan, mempunyai awal dan akhir yang nyata, dan disampaikan secara lisan atau tulisan. Wacana di katakan lengkap seperti wacana bahasa Indonesia yang terdapat tema, pokok pikiran, gagasan, dan amanat. Wacana terdiri dari satu kalimat atau lebih serta terdapat awalan dan akhiran yang jelas. 
Jadi, kesimpulan pengertian wacana mengenai dua pendapat tersebut, wacana yaitu satuan bahasa yang lengkap, memiliki satuan gramatikal yang tinggi (terbesar) melebihi sebuah kalimat dan klausa dengan kohesi dan koherensi yang saling berhubungan yang disampaikan baik melalui lisan maupun tulisan. 
Terdapat beberapa jenis tipe atau bentuk wacana yakni terdiri dari: Narasi, konversasi, eksposisi, deklamasi, dan puisi. Landsteen dalam Tarigan (2009:22) Istilah wacana dipergunakan untuk mencangkup bukan hanya percakapan atau obrolan, tetapi juga pembicaraan dimuka umum, tulisan, serta upaya formal seperti laporan ilmiah dan sandiwara atau lakon. Wacana mencangkup empat tujuan penggunaan bahasa, yaitu: ekspresi diri, eksposisi, sastra, dan persuasi. Menurut pernyataan tersebut sebuah wacana digunakan atau proses pengaplikasiannya tidak hanya mencangkup dalam bentuk percakapan maupun obrolan, akan tetapi wacana juga mendeskripsikan bentuk wacana yang berupa tulisan, laporan karya ilmiah, dan sandiwara (lakon).
2.      Kedududkan Wacana
Kedudukan wacana dalam ilmu linguistik, wacana merupakan wujud pemakaian bahasa yang melampaui tataran kalimat dalam kaitannya dengan hal ini kalimat-kalimat adalah sebuah komponen konstruksi wacana. Dari sudut keutuhannya, wacana yakni satuan lingual (bahasa) terlengkap dan merupakan wujud (bentuk) pemakaian bahasa yang utuh. Wacana dapat dikatakan sebagai konstruksi kebahasaan yang dibangun atas dasar jaringan kalimat-kalimat sebagai komponen-komponen (Bell 1976:203).


Jadi, kesimpulan dari kedudukan wacana dalam ilmu linguistik yakni sebuah bentuk dari pemakaian bahasa yang melebihi tataran kalimat yang juga termasuk sebuah komponen konstruksi wacana.
Kesimpulan dari beberapa pernyataan diatas mengenai “Hakekat Wacana dan Kedudukan Wacana dalam Ilmu Linguistik” yaitu wacana merupakan satuan bahasa yang lengkap, memiliki satuan gramatikal yang tinggi (terbesar) melebihi sebuah kalimat dan klausa dengan kohesi dan koherensi yang saling berhubungan yang disampaikan baik melalui lisan maupun tulisan. terdapat lima tipe (bentuk) wacana yang terdiri dari: Narasi, konversasi, eksposisi, deklamasi, dan puisi. Wacana digunakan mencangkup dalam bentuk percakapan, obrolan, tulisan, laporan karya ilmiah, dan sandiwara (lakon). Adapun kedudukan wacana dalam ilmu linguistik yakni Fonologi (fonem), morfologi (morfem), sintaksis (frasa, klausa, dan kalimat), pragmatic (gaya bahasa), semantic (makna, tanda), wacana. Sehingga dapat dikatakan kedudukan wacana disini adalah Wacana dapat dikatakan sebagai konstruksi kebahasaan yang dibangun atas dasar jaringan kalimat-kalimat sebagai komponen-komponen.
Contoh wacana :
Perangi Nyamuk Demam Berdarah dengan 3 M

Hewan pengganggu yang satu ini memang berukuran kecil, tetapi jangan meremehkan dampak gigitannya. Sekali saja mereka menggigit, maka Anda akan terkena penyakit demam berdarah yang sangat berbahaya. Apa itu demam berdarah? Demam berdarah adalah penyakit menurunnya trombosit atau sel darah merah dalam tubuh akibat virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegpty.
Virus ini sangat berbahaya, karena bisa menyebabkan kematian bagi sebagian orang. Bahkan pada beberapa waktu yang lalu, pemerintah pernah menetapkan kasus ini sebagai kejadian luar biasa di berbagai daerah. Gejala ini diawali dengan demam tinggi hingga mencapai 41 derajat celsius dan hari berikutnya demam tersebut akan turun seolah-olah penderita telah sembuh, tetapi sebenarnya pada masa itu virus sedang dalam masa inkubasi, kemudian tubuh akan kembali panas. Satu-satunya cara untuk mencegah virus ini adalah dengan menekan pertumbuhan nyamuk aedes aegypti, yaitu dengan melakukan gaya hidup 3 M di lingkungan rumah kita. Apakah 3 M itu? M yang pertama adalah menguras. Kita harus rajin menguras bak mandi karena disanalah tempat – tempat yang ideal bagi nyamuk untuk menaruh telur-telurnya. Lakukan kegiatan menguras ini minimal seminggu tiga kali, sehingga telur-telur nyamuk yang ada di sana tidak akan sempat menetas. M yang kedua adalah mengubur barang-barang bekas. Kuburlah semua barang-barang bekas yang dapat memungkinkan menampung air, seperti kaleng bekas, ban bekas, dan lain-lain, sehingga nyamuk tidak bisa berkembang di dalamnya. M yang terakhir adalah menutup tempat-tempat penampungan air di rumah. Tutuplah semua wadah-wadah penampungan air, seperti ember, vas bunga, dan lain-lain, dengan begitu nyamuk tidak memiliki tempat untuk berkembang biak.

Demikianlah upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk melindungi diri kita dari penyakit demam berdarah ini. Dengan gerakan 3 M ini maka dipastikan nyamuk tidak akan memiliki tempat berkembang di rumah, sehingga kita bisa terbebas dari demam berdarah.


Sumber:
Tarigan, H.G. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar